Terbaru

Data Dasar Kehidupan Beragama

Aji Sofanudin

Tidarislam.co- Survei Data Dasar Kehidupan Beragama (SDDKB) 2024 yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan potret menarik tentang dinamika kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Survei tersebut memotret kehidupan beragama masyarakat Indonesia dilihat dari: relasi manusia dengan Tuhan, relasi manusia dengan sesama manusia, serta relasi manusia dengan alam semesta.

Survei dilakukan pada 38 provinsi dengan distribusi afiliasi keagamaan responden: Islam 89,12 %; Kristen 6,31%; Katolik 2,07%; Hindu 1,98%, Buddha 0,48% dan Kepercayaan terhadap Tuhan YME 003%. Teknik pengambilan sampel dengan multi-stage random sampling dan MoE 1,8% dengan tingkat kepercayaan 95%.  Wawancara dilakukan dengan tatap muka secara langsung yang dilakukan oleh 248 enumerator (sebagian mahasiswa yang dilatih) dan 341 fasilitator (sebagian oleh penyuluh agama, Kementerian Agama RI) pada 341 primary sampling unit (desa/kelurahan) dengan melibatkan sampel sebanyak 3.327 responden.

Secara umum masyarakat Indonesia sangat religius dilihat dari tingkat kepercayaan terhadap Tuhan YME sebesar 97,7% (percaya dan sangat percaya); agnostik 1,3% (tidak percaya dan sangat tidak percaya Tuhan); serta ragu-ragu 1,0%. Dilihat dari ritual agama, umat muslim yang rajin salat fardu 53,9%, sementara yang rajin berjamaah 14,0%. Umat Kristen yang rajin ibadah harian 25,7% dan yang rajin ibadah minggu di gereja sebesar 71,4%. Umat Katolik yang rajin ibadah harian 21,7% dan rajin ibadah minggu di gereja sebesar 49,3%. Umat Hindu yang rajin melakukan ibadah harian 45,5% dan rajin mengikuti ibadah bersama di Pura 43,9%. Umat Buddha yang rajin melakukan ibadah harian 37,5% dan rajin ibadah bersama di Vihara 18,8%.

Temuan Mengejutkan

Beberapa temuan mengejutkan dalam DDKB 2024 diantaranya keterlibatan masyarakat dalam organisasi keagamaan, toleransi beragama, dan forum kerukunan umat beragama (FKUB). Pertama, data keterlibatan masyarakat dalam organisasi keagamaan, ternyata sangat minim yakni sebesar 25%, yang tidak terlibat jauh lebih banyak yakni 74,1% dan tidak menjawab 0,9%. Dari 25% masyarakat yang terlibat organisasi, hanya 3,3% yang aktif menjadi pengurus, sementara anggota 21,7%.

Data ini bisa menghilangkan klaim yang selama ini ada bahwa ormas keagamaan tertentu memiliki jumlah anggota 50% sd 60%. Dengan temuan survei 25% yang terlibat di ormas, rasanya agak sulit menyatakan bahwa NU dan Muhammadiyah merupakan representasi umat Islam di Indonesia. Faktanya, jauh lebih banyak masyarakat yang tidak terlibat dalam organisasi keagamaan.

Kedua, data toleransi umat beragama. Temuan survei mengejutkan bahwa sebanyak 12,1% tidak ingin hidup bertetangga dengan yang pemeluk agama yang berbeda (keberatan 7,5% dan sangat keberatan 4,6%). Sebanyak 12,7% orang tua tidak mengizinkan anak-anak bermain/berteman dengan anak-anak penganut agama lain (keberatan 9,2% dan sangat keberatan 3,5%).

Lebih mengejutkan lagi sebanyak 34,4% tidak mengizinkan pemeluk agama lain membangun tempat/rumah ibadat di desa/kelurahan tempat tinggal (keberatan 24,6% dan sangat keberatan 9,8%). Ini artinya 34,4% dari dari 3.327 responden atau sebanyak 1.144 responden keberatan. Data ini bisa berarti: lebih dari sepertiga dari 280 juta penduduk Indonesia berkeberatan/tidak mengizinkan pemeluk agama lain membangun tempat/rumah ibadat di desa/kelurahan tempat tinggal.

Data intoleransi ini juga sejalan dengan temuan distribusi kesediaan responden terlibat dalam tindakan kekerasan atas nama agama. Sebanyak 4,1% bersedia melakukan penyerangan/perusakan rumah ibadat (sangat bersedia 2,9% dan bersedia 1,2%). Sebanyak 10,2% bersedia melakukan penyerangan terhadap anggota kelompok keagamaan yang dianggap sesat (sangat bersedia 2,0% dan bersedia 8,2%). Sebanyak 2,8% bersedia melakukan pengeboman/bom bunuh diri dengan alasan memperjuangkan agama (sangat bersedia 1,4% dan bersedia 1,4%). Bahkan, sebanyak 6,1% bersedia melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan yang dianggap menghalangi perjuangan membela agama (sangat bersedia 1,6% dan bersedia 4,5%)

Ketiga, temuan terkait Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Eksistensi FKUB yang diharapkan melakukan mitigasi konflik keagamaan ternyata berdasarkan hasil survei distribusi responden menurut pengetahuan tentang FKUB cukup minim yakni sebanyak 14,3% yang mengetahui keberadaan FKUB. Mayoritas masyarakat atau sebanyak 84,3% tidak tahu eksistensi FKUB. Sementara 1,4% tidak menjawab.

Tingginya intoleransi masyarakat Indonesia dan minimnya pengetahuan tentang FKUB memerlukan langkah nyata pemerintah untuk mengatasinya. Asta cita nomor 8, pemerintahan Prabowo Subiyanto perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius.

InaRI Expo 2025

Hasil survei DDKB BRIN 2024 kabarnya sudah dipaparkan oleh Tim Deputi Kebijakan Riset dan Inovasi (DKRI) BRIN di hadapan pimpinan Kementerian Dalam Negeri (15/10/2025) dan pimpinan Kementerian Agama RI (16/10/2025). Kabarnya data akan diupload pada repositori BRIN, dan siapapun bisa mengunduhnya.

Para akademisi, peneliti, aktivis keagamaan, serta pemerhati agama bisa juga mendapatkan data tersebut di ajang Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo 2025. Tidak hanya data yang sudah diolah, data mentah (raw data) pun kabarnya bisa diperoleh secara gratis di ajang InaRI expo 2025.

Mafhum, BRIN menggelar InaRI Expo 2025 pada 28 sd 30 Oktober 2025 di Jakarta International Expo dengan tema Unlocking Innovation, Empowering the Future with AI. InaRI Expo merupakan ajang strategis bagi Indonesia untuk menunjukkan hasil riset dan inovasi ke publik serta mitra internasional. Tentu tidak hanya hasil riset dan inovasi di bidang sains dan teknologi, termasuk juga hasil riset di bidang ilmu sosial humaniora. Wallahu’alam.

Jakarta, 28 Oktober 2025

Aji Sofanudin, Senior Researcher pada Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, BRIN

Baca juga: Inovasi Nahdlatul Ulama dalam Menciptakan “Ruang Ketiga” (Third Place) sebagai Zona Toleransi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *