Oleh: Nuur Afiifah
Tidarislam.co- Pondok Pesantren Tebuireng yang berada di Jombang, Jawa Timur, merupakan salah satu pondok pesantren paling berpengaruh dalam sejarah dan perkembangan agama Islam di Indonesia. Pondok ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899. Selain menjadi pusat pendidikan agama, Pondok Pesantren Tebuireng juga memiliki peran dalam dakwah dakwah amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Pondok Pesantren Tebuireng berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Islam yang dan mengajarkan nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar kepada para santri dan masyarakat di sekitarnya. Dakwah yang dilakukan di pondok pesantren tersebut tidak hanya berupa pendidikan dan pelajaran agama saja, namun juga dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat, seperti kerja bakti sosial, pelatihan keterampilan ekonomi, serta memberikan bantuan kepada korban bencana.
Nilai-nilai dakwah amar ma’ruf nahi munkar tersebut diajarkan kepada para santri dan para alumni agar bisa menjadi orang yang membawa perubahan positif dengan menyebarkan kebaikan dan mencegah perbuatan buruk di masyarakat sekitarnya.
KH. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh utama di balik gerakan dakwah di Tebuireng sebagai pendiri pesantren, didampingi oleh para kiai, ustadz, dan santri. Beliau dikenal sebagai ulama besar yang menekankan pentingnya berdakwah secara bijak, dengan nasihat yang baik, serta mengajarkan ilmu agama dengan menanamkan nilai amar ma’ruf nahi munkar kepada para santri. Selain itu, alumni Tebuireng seperti KH. Wahid Hasyim dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) turut melanjutkan misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar di tingkat nasional.
Baca juga: KH. Hasyim Asy’ari
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar sudah berjalan sejak berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng yang berdiri pada tahun 1899 hingga sekarang. Pada masa penjajahan Belanda, Pondok Pesantren ini menjadi pusat perjuangan moral dan spiritual melawan kemunkaran sosial seperti perjudian dan perampokan. Pada saat setelah kemerdekaan, peran tersebut terus berkembang melalui pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
Strategi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan di Pondok Pesantren Tebuireng menekankan pendekatan persuasif dan edukatif, bukan dengan cara kekerasan. KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan dakwah dengan hikmah, dengan memberikan nasihat-nasihat yang baik, dan memberikan dialog yang santun, dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Para santri dan alumninya, termasuk tokoh nasional seperti Gus Dur, adalah termasuk tokoh paling terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai, bijak, dan tidak dengan cara-cara kekerasan.
Lokasi kegiatan dakwah melalui pendidikan tersebut berada di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur. Pengaruh Tebuireng meluas hingga ke seluruh Indonesia melalui para alumni dan tokoh-tokoh yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren tersebut.
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang di selenggarakan di Pondok Pesantren Tebuireng dilandasi oleh keprihatinan KH. Hasyim Asy’ari terhadap kondisi sosial di masyarakat yang rusak akibat kolonialisme dan berbagai kemungkaran dengan tujuan membangun masyarakat yang berakhlak mulia, adil, dan sejahtera, serta menjaga nilai-nilai Islam supaya tetap relevan dan menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.
Pesantren tersebut juga menyatukan pendidikan agama dengan pendidikan umum dan keterampilan hidup, agar santri tidak hanya paham agama melainkan mampu berkontribusi positif di masyarakat saat ini.
Demikian, Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur mempunyai peran besar dalam menyebarkan ajaran Islam, khususnya dalam meningkatkan kualitas moral, mengajak orang kepada kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar). Tidak hanya menjadi tempat belajar agama saja, Pondok Pesantren Tebuireng juga menjadi pusat dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Nuur Afiifah, merupakan mahasiswa S1 Program Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta.
Baca juga: Gus Dur dan Warisan Pribumisasi Islam