Urgensi Strategi Nasional Gedung Putih dalam Melawan Islamofobia di AS

Tidarislam.co – Belum lama ini Gedung Putih meluncurkan Strategi Nasional untuk Melawan Islamofobia di Amerika Serikat. Tujuan utama peluncuran strategi ini adalah untuk memerangi meningkatnya kebencian dan diskriminasi terhadap warga Muslim dan Arab di AS. Strategi ini merupakan hasil dari kolaborasi antara pemerintah federal dan berbagai organisasi masyarakat sipil, untuk melindungi hak-hak dan keamanan komunitas Muslim dan Arab Amerika.

Sejak peristiwa 11 September 2001, wajah negatif Islam di mata orang-orang Barat sebagian tidak berubah. Islam seringkali masih dianggap identik dengan terorisme dan radikalisme. Orang-orang Barat yang menaruh kebencian terhadap Islam ini (Islamofobia) sebagainnya berdampak bagi Muslim dan orang Arab yang tinggal di Amerika. Mereka seringkali mendapat perlakuan diskriminatif hanya karena sebagai Muslim dan Arab. Padahal, mereka juga merupakan bagian dari warga Amerika yang telah menetap di sana.

Hingga tahun 2024, berbagai peristiwa kriminal yang didasari oleh sikap Islamofobia masih marak terjadi di Amerika, hal ini mendorong pemerintah untuk terus bersikap tegas dalam melawan orang-orang yang anti terhadap Islam. Amerika sendiri secara tegas menolak terorisme dan mencoba memisahkan antara Islam dan terorisme, sehingga strategi nasional yang baru dijalankan itu merupakan upaya untuk mengenalkan wajah Islam yang benar terhadap warga kulit putih.

Dilansir dari detik.com, beberapa peristiwa penting terkait Islamofobia dapat dilihat melalui insiden tragis seperti pembunuhan Wadee Alfayourni, seorang anak laki-laki Muslim berusia enam tahun. Selain itu, kenaikan yang tajam dalam serangan terhadap Muslim dan Arab Amerika dalam beberapa tahun terakhir juga telah memincu keprihatinan nasional dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan konkrit. Di sinilah urgensi dari strategi itu.

Baca juga: Globalisasi, Demokrasi, dan Otoritarianisme di Dunia Arab-Islam

Strategi ini adalah lanjutan dari langkah-langkah yang dimulai oleh Presiden Biden pada Desember 2022, ketika ia membentuk kelompok antarlembaga untuk mengkoordinasikan upaya melawan Islamofobia, Antisemitisme, dan bentuk bias lainnya. Dengan strategi ini, pemerintah berkomitmen untuk tidak hanya menangani masalah jangka pendek, tetapi juga menciptakan perubahan sistemik yang berkelanjutan.

Empat Strategi Nasional AS Melawan Islamofobia

Strategi ini harus dilihat sebagai upaya negara untuk meningkatkan komitmen pada kebebasan beragama, demokrasi, pluralitas, kesetaraan, dan hak-hak minoritas. Pemerintah Amerika Serikat bekerjasama dengan berbagai lembaga organisasi sipil dan secara bersama-sama mengupayakan masa depan yang lebih baik bagi warga AS, di mana setiap individu dapat hidup tanpa rasa takut atau diskriminasi.

1. Meningkatkan Kesadaran dan Pengakuan

Warga AS kulit putih seringkali mengabaikan bagaimana penduduk Muslim Arab juga telah banyak berkontribusi pada pembangunan dan pendidikan nasional, sehingga pengabaian ini berdampak pada perlakuan diskriminatif dan stereotip negatif yang tidak berdasar. Dengan adanya dorongan terus-menerus pada aspek kesadaran dan pengakuan, orang Arab dan Muslim Amerika dapat mendapat pengakuan yang sama sebagaimana warga AS lainnya, tanpa dibeda-bedakan.

Strategi pertama ini penting terutama memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa orang-orang Arab dan Muslim Amerika juga merupakan bagian dari diri mereka yang terlibat aktif dalam berkontribusi untuk pembangunan nasional.

2. Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan

Sebagai sesama warga negara, setiap orang yang hidup di AS dijamin keamanan dan keselamatannya, dan itu bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai sesama warga sipil. Upaya bersama-sama untuk membangun suasana kondusif merupakan kunci bagi kerukunan dan keselamatan.

Strategi ini juga mencakup langkah-langkah seperti investasi dalam mengamanan organisasi nirlaba, koreksi kebijakan diskriminatif, dan alat baru untuk mengatasi ancaman seperti doxing dan swatting. Selain itu, strategi ini juga mempromosikan pelaporan kejahatan kebencian melalui pendekatan yang membangun kepercayaan antara pemerintah dan komunitas Muslim serta Arab Amerika.

3. Mengatasi Diskriminasi dan Mengakomodasi Praktik Keagamaan

Di Amerika, berbagai praktik diskriminasi seringkali terjadi di banyak sektor, seperti pekerjaan, pendidikan, dan layanan publik. Strategi ini menegaskan bahwa berbagai bentuk diskriminasi itu bersifat ilegal. Selain itu, strategi ini juga untuk mendukung kebebasan beragama di negara demokrasi tersebut.

4. Membangun Solidaritas Lintas Komunitas

Strategi ini terkait dengan ancaman terhadap suatu komunitas, di mana bila ada ancaman terhadap satu komunitas tertentu maka itu harus dilihat sebagai ancaman terhadap semua komunitas. Strategi ini mendorong kolaborasi dan kerjasama antar komunitas melalui kemintraan baru untuk membangun solidaritas antar kelompok-kelompok yang memiliki latar belakang yang beragam, terutama perbedaan agama.

***

Terlepas kontroversi Amerika dalam konteks politik luar negeri, terutama kebijakan politiknya di Timur Tengah, Strategi Nasional yang dilakukan Gedung Putih untuk melawan Islamofobia perlu diapresiasi. Hal ini penting dilakukan mengingat ada begitu banyak warga Arab dan Muslim yang tinggal dan menetap di Amerika, baik sebagai pelajar, imigran, maupun penduduk resmi negara tersebut.

Dalam berbagai bentuknya, Islamofobia memang harus dilawan, sebab stereotip mereka terhadap Islam tidak hanya menganggu tetapi juga berbahaya bagi keberlangsungan masyarakat Muslim dan Arab di negara tersebut. Apalagi bila sudah terjadi tindakan-tindakan diskriminatif dan kriminal, maka itu bukan saja menjadi ancaman bagi warga Muslim, tetapi juga akan menjadi ancaman bagi keamanan nasional.

Selain itu, persepsi negatif yang disuarakan secara terus-menerus juga akan makin memperparah hubungan antara Islam dan Barat, bukan saja terkait dengan kebijakan politik luar negeri AS, tetapi juga bagaimana kehidupan umat Islam di Barat akan terus terancam oleh perlakuan diskriminatif.

Rohmatul Izad. Mahasiswa S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *