Untaian Hikmah Dr. Hisyam Al Kamil Al Azhari dari Kitab Bidayah Al Hidayah Imam Al Ghazali

Oleh: Abuzar Al Ghifari

Tidarislam.co- Kali ini penulis akan menyajikan ceramah dari kajian Syeikh Hisyam Al Kamil yang saat itu menjelaskan mukaddimah dari kitab Bidayah Al Hidayah melalui saluran Youtube. Syekh Hisyam Al Kamil merupakan ulama yang pernah mengenyam pendidikan S1 di Universitas Al Azhar Mesir fakultas Syariah wal Qanun, kemudian melanjutkan strata 2 dan doktoral di Institut John Hever England pada fakultas fikih Islam. Beliau ulama Al Azhar yang juga dikenal sangat dekat dengan mahasiswa Asia Tenggara terutama Indonesia.

Syekh Hisyam Al Kamil aktif “bekerja” sebagai pengajar di masjid Al Azhar, Midhyafah dan lainnya, sekaligus sebagai Imam dan Khatib masjid Baybars di Kairo. Dapat dibayangkan sosok jebolan master dan doktoral Eropa tidak sungkan mengajar di masjid maupun tempat kajian yang notabanenya non formal atau tanpa ijazah resmi seperti lembaga pendidikan formal saat ini. Namun kualitas keilmuwannya tidak dapat dipandang sebelah mata. Beliau merupakan salah satu murid Grand Mufti Mesir sebelumnya, Prof. Dr. Syeikh Ali Jum’ah.

Syeikh Hisyam Kamil merupakan sosok ulama Al Azhar yang produktif menulis. Menurut pengamatan penulis, karya tulisnya tidak ditemukan ISBN hingga diperjual-belikan. Mungkin ini salah satu bentuk sikap tawadhu beliau dan upaya ikhlas di hadapan Allah SWT. Al faqir mendapatkan karyanya saat mengaji di masjid Al Azhar bersama Syeikh Sayyid Syaltut. Saat itu guru kami Syeikh Syaltut membagikan karya Syeikh Hisyam Al Kamil secara “gratis” tanpa dipungut bayaran. Karya syeikh Hisyam Al Kamil yang penulis raih yaitu Al-Isyraqat As-Saniyyah Syarah As-Syamail Al-Muhammadiyah, serta kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi. Bisa dibayangkan betapa gembiranya kami sebagai murid Syeikh Syaltut yang saat itu sedang mengkaji kitab fathul qarib, lalu disela kajian beliau membagikan 2 buku tersebut.

Baca juga: Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam al-Ghazali

Beberapa tahun kemudian, saat syeikh Hisyam Al Kamil berkunjung ke Indonesia karena undangan beberapa Pesantren salah satunya Darul Hasbi yang terletak di Petukangan dekat dengan Universitas Darunnajah Jakarta, Al faqir berkesempatan mengikuti kajian. Saat itu pula beliau atau Syeikh Hisyam Al Kamil membagikan karyanya secara”gratis”. Salah satu karyanya yang al faqir peroleh yaitu Fathu Al Allam syarah Aqidah Awam, Khulashah Syarah Sittin Masalah Fikih Madzhab Syafi’i.

Memang Syeikh Hisyam Al Kamil sangat produktif menelaah kitab turats terutama mensyarahnya. Penguasannya terhadap kitab turats menjadikannya sosok ulama yang disegani akan keilmuwan dan pengabdiannya terhadap ilmu dan dakwah. Produktivitas menulis dengan berbagai karya tulisnya terutama syarah ‘komentar” terhadap kitab turats menunjukan keistimewaan akan kedalaman ilmunya.

Dalam kajian kitab Bidayah Hidayah disampaikan Syeikh Hisyam Al Kamil di saluran Youtube. Beliau menjelaskan bahwa kitab tersebut ditulis Imam Abu Hamid Al Ghazali pada fase-fase akhir hayatnya. Pastinya seseorang yang menulis di akhir hayatnya bersumber dari hati. Hal ini terjadi pada Imam Abu Hamid Al Ghazali yang masa hidupnya dalam kondisi sulit. Saat itu terjadi pertikaian atau perselisihan antar kelompok Hanabilah dengan Muktazilah dll. Kondisi sulit seperti itu tentunya melahirkan tokoh hebat yaitu Imam Al Ghazali.

Baca juga: Memahami Kritik Imam Al-Ghazali terhadap Filsafat Islam

Menurut Syeikh Hisyam Al Kamil, kondisi yang sulit akan melahirkan tokoh dan sosok hebat dimasa mendatang. Banyak tokoh maupun ulama yang memuji Imam Al Ghazali salah satunya Ibn Daqiq Al Ied. Ia tidak pernah melewati setelah shalat sunnah kecuali membaca kitab Al Wajiz fi fiqhi Madzhab Al Imam As Syafii  karya Imam Al Ghazali hingga akhirnya menjadi Qadhi Mesir. Kitab Al Wajiz di kemudian hari diberikan syarahnya oleh Imam Ar Rafi’i [w:623 H] yang bernama Al Aziz Syarah Al-Wajiz wa Huwa As-Syarah Al-Kabir. Menurut catatan penulis, jarak lahir dan wafat antara Imam Al Ghazali dengan Imam Ar Rafi’i berkisar 1 abad. Jadi kitab Al Wajiz karya Imam Al Ghazali diberikan komentar oleh Imam Ar Rafi’i dengan judul Al Aziz Syarah Al Wajiz berjarak 1 abad setelah wafatnya sang Hujjatul Islam.

Syeikh Hisyam Al Kamil menyebutkan saat akan menulis kitab Al Imta’ Syarah Matan Abi Syuja’ beliau menulisnya setelah 3 tahun membaca 30 kitab fikih Syafi’i baik dalam bentuk matan, syarah, hasyiyah dan ta’liqat. Setelah itu menulis kitab Al Imta’. Ini sebagai pertanda sebelum kita menulis buku hendaknya terlebih dahulu membaca banyak referensi berkaitan dengan karya yang akan ditulis. Kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab fikih Syafi’i yang ditulis Imam Al Ghazali. Ia menggabungkan fikih Dzahir dan fikih Bathin antara Tasawwuf dan Fikih.

Imam As Saqqaf mengatakan “barang siapa belum membaca Ihya ulumuddin maka hatinya tidak hidup”.

Kisah hidup Imam Al Ghazali dan saudaranya dititip ayahnya kepada salah seorang Syeikh untuk dididik termasuk pula hartanya. Telah disebutkan ayahnya Al Ghazali menitipkan hartanya yang sedikit dan berpesan agar kedua anaknya disekolahkan dengan harta tersebut. Lalu Syeikh membawa keduanya ke salah satu Madrasah dan bermukim disana. Kebetulan Madrasah tersebut ada Masjid dan asrama. Adapun penulisan kitab Ihya ulumuddin seteleh Imam Al Ghazali menunaikan haji. Dari sana ia pergi ke masjid Nabawi lalu ke Masjid Al Aqsha. Saat itu masjid Al Aqsha masih dikuasai tentara Salib hingga dikuasai Islam setelah Shalahuddin Al Ayyubi mengusir Tentara Salib tahun 584 H hari jumat bulan Rajab.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Iman Al Ghazali menulis kitab Ihya ulumuddin di masjid Al Aqsha yang saat itu masih dikuasai tentara Salib. Kondisi saat itu tidaklah mudah dilakukan tentunya mendapatkan tantangan tersendiri. Imam Al Ghazali menulis kitab Ihya selama 18 tahun dan beri’tikaf di masjid Al Aqsha. Kondisi penulisan kitab Ihya Ulumuddin dilakukan saat beliau pergi mengasingkan diri Uzlah dari kehidupan dunia. Dapat dipastikan kitab Ihya Ulumuddin yang ditulisnya merupakan refleksi dari pengalaman spiritual yang mendalam. Bahkan banyak tokoh hebat yang mengapresiasi kitab tersebut. Wallahu a’lam.

Dr. Abuzar Al-Ghifari, Lc. M.A., merupakan pengajar di Pesantren Darul Muttaqien Bogor dan dosen di Universitas Darunnajah Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *