Syekh Nawawi Banten

Tidarislam.co – Syekh Nawawi al-Bantani merupakan salah ulama Nusantara yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional berkat kiprahnya dalam keilmuan Islam. Ia berasal dari kampung Tanara, Serang, Banten. Dilahirkan pada tahun 1813 M, oleh pasangan ayahnya yang bernama Kyai Umar dan ibunya bernama Nyai Zubaidah. Keduanya merupakan pengasuh pesantren. Konon ayahnya memberinya nama Nawawi karena terinspirasi dari keulamaan Imam An-Nawawi (w. 676), ulama besar Islam yang terkenal dari Damaskus.

Masa kecil Syekh Nawawi menghadapi situasi di bawah rezim kolonial yang menciptakan perang berkepanjangan antara Kesultanan Banten dengan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Selain itu pada masa-masa itu juga sedang berkecamuk perang Jawa di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Hal ini membuat situasi sosial yang dihadapi Nawawi kecil dalam menuntut ilmu tidak cukup kondusif.

Setelah menamatkan pendidikan tradisional di pesantren pada usia 15 tahun, Syekh Nawawi berangkat mencari ilmu ke pusat keilmuan Islam pada masa itu yaitu tanah Hijaz atau Makkah. Ia segera bergabung dengan jaringan keulamaan Jawi yang sudah mapan di sana.

Di tanah Hijaz, Nawawi mulai berguru kepada para ulama Jawi (ulama-ulama asal Nusantara yang menjadi pengajar di Makkah), seperti Syekh Junaid al-Batawi, Syekh Mahmud bin Kannan Al-Palimbangi, Syekh Abdul Shamad bin Abdurrahman al-Palembangi, Syekh Arsyad bin Abdus Shamad al-Palimbangi, Syekh Yusuf bin Arsyad al-Banjari. Juga berguru kepada ulama-ulama luar, seperti Syekh Ahmad Zaini Dahlan, dan banyak lagi. Setelah sekitar 15 tahun di Hijaz, pada usia ke 30, Syekh Nawawi kembali ke Nusantara untuk mengajar. Setelah 12 tahun mengajar di pesantren, beliau kemudian melanjutkan pengembaraan ilmu kembali ke tanah Hijaz, dan berguru kepada banyak ulama dari Timur Tengah. 

Kiprah Syekh Nawawi mulai semakin menonjol ketika mendapatkan kesempatan untuk mengajar dan menjadi imam di Masjidil Haram. Majelisnya menjadi rujukan paling ramai dan diisi pelajar dari berbagai penjuru dunia. Karena tersohor dengan keilmuan dan pengaruh intelektualnya, Syekh Nawawi kemudian mendapat julukan sebagai “Sayyidu al-Ulama al-Hijaz” (pemimpin atau penghulu ulama-ulama yang ada di Hijaz). Ada juga yang menyebutnya “’Alimu al-Hijaz” (orang alim di Hijaz), juga dikenal sebagai “Imamu Ulama al-Haramain” (pemimpin ulama-ulama di Haramain). Penguasaannya bahasa Arab dan keilmuan beliau sangatlah mendalam, sehingga juga dijuluki “Al-Imam wa Al-Fahm al-Mudaqqiq” (pemimpin sekaligus pakar dengan pemahaman yang mendalam). Majelis ilmu Syekh Nawawi pun menjadi salah satu rujukan utama keilmuan di Masjidil Haram, tidak hanya terbatas pada pelajar dari Jawa, tetapi juga didatangi dari seluruh penjuru dunia.

Di antara murid-murid yang pernah menimba ilmu kepada Syekh Nawawi, di antaranya, adalah nama-nama ulama yang masyhur di Indonesia seperti: Syekh Mahfudz Termas, Kiai Sholeh Darat Semarang, Syekh Kholil Bangkalan, Kiai Hasyim Asy’ari, dan Kyai Ahmad Dahlan. Karena banyaknya ulama-ulama Nusantara yang menimba ilmu kepada Syekh Nawawi, maka beliau juga dikenal sebagai “gurunya para ulama Nusantara”.

Imam Nawawi dikenal sebagai ahli sufi (mutashawwif), ahli hadits (muhaddits), dan ahli tafsir (mufassir), juga dikenal dengan kematangan kualitas penguasaan bahasa Arab. Dalam bidang Tafsir, karyanya yang terkenal adalah Tafsir al-Munir. Sementara dalam bidang fikih, beliau menulis kitab di antaranya: Kasyifatu al-Saja, Nihayatu al-Zain, Sullam al-Munajat, dan banyak lagi. Adapun dalam bidang akhlak, beberap kitab seperti Bahjatu al-Wasail, Fathu al-Majid, Nashaihul Ibad, al-Maraqi al-Ubudiyaah, dan banyak lagi.

Konon seluruh karya tulisnya berjumlah 23 buah (ada yang mengatakan bahkan lebih dari 23), dalam bidang fikih, tasawuf, hadits, tafsir, bahasa Arab, tarikh, dan banyak lagi. Beberapa karyanya juga masih dikaji di pesantren-pesantren di Indonesia sampai hari ini.

Syekh Nawawi al-Bantani meninggal pada tahun 1879 M, dan dimakamkan di Masjidil Haram. Beliau mewariskan keilmuan yang sangat berharga dalam berbagai bidang disiplin ilmu keislaman.

One thought on “Syekh Nawawi Banten

Comments are closed.