Seputar Haji (4): Makkah dan Tiga Tempat Suci

Tidarislam.co- Lagu klasik berjudul at-Tsalatsah al-Muqaddasah yang artinya Tiga Tempat Suci ini dinyanyikan oleh Ummi Kultsum (1898-1975), penyanyi legendaris dari Mesir. Lagu ini mengekspresikan  tentang keistimewaan tiga kota suci umat Islam, yakni Makkah, Madinah, dan Palestina. Ketiganya sangat bersejarah dalam Islam, dan menjadi tempat tujuan setiap Muslim ketika haji atau umrah, atau ketika perjalanan ziarah jejak para nabi dan makam-makam suci.

Dalam bait syair lagu ini, Makkah digambarkan sebagai kota Cahaya, sebagai Baitullah, yang disitu terdapat jejak-jejak Ibrahim. Dari situ pula risalah dan dakwah Nabi Muhammad diawali. Baitullah adalah tempat umat Muslim berkiblat dalam bersembahyang, bermunajat, dan tempat mensucikan iman. Dari situ terpancar Cahaya tentang Tauhid.

Sementara Madinah sebagai medan perjuangan, tempat tujuan hijrah baginda Nabi Muhammad ketika masa-masa awal menyebarkan Islam. Dan dari situ bermula perjuangan Nabi Muhammad dalam menyampaikan risalah tentang kesetaraan umat manusia, kebebasan, persaudaraan, cinta kasih, pembangunan peradaban kota Madinah, dan kejayaan, sehingga Islam berkembang seantero dunia.

Baca juga: Seputar Haji (1) Perjalanan Spiritual Menuju Baitullah

Sedangkan Palestina disucikan karena jejak kenabian Nabi Muhammad, Nabi Isa, dan nabi-nabi yang lain. Tempat tujuan Nabi Muhammad melakukan Isra, dan berangkat Mi’raj. Namun kondisi Palestina berbeda dengan dua kota suci lainnya. Syair ini menyuarakan kondisi Palestina yang yang masih diliputi peperangan, penindasan, sehingga seolah dari kondisi yang porak-poranda terdengar suara kesedihan batu-batuan, rintihan tangisan Siti Maryam (ibunda Nabi Isa) yang hidupnya diabdikan untuk Palestina. Jejak kenabian Muhammad di sana seolah juga poranda.

Meski lagu ini dinyanyikan sejak tahun 70 an, tetapi masih selalu banyak didengar oleh masyarakat Indonesia. Bahkan sempat diaransemen ulang. Lagu ini tidak saja menjadi memori tentang suasana kota suci Makkah dan Madinah ketika musim haji tiba, tetapi setiap saat mengingatkan tentang kondisi rakyat Palestina yang masih memperjuangkan kemerdekaan. Lagu ini menginspirasi keyakinan bahwa suatu saat nanti Palestina akan terbebas sepenuhnya dari penindasan dan kembali menemukan kedamaian. Amin.

Baca juga: Seputar Haji (3): Haji sebagai Revolusi Spiritual

 

TIGA KOTA SUCI

الثلاثيه المقدسه

Bagian 1: Makkah

رحاب الهدى يا منار الضياء
Wahai menaranya Cahaya
سمعتك في ساعة من صفاء
Aku mendengarmu suatu saat dari Shafa
تقول أنا البيت ظل الإله
Engkau berkata: Aku Rumah-Nya, sebagai naungan dari Allah
وركن الخليل أبي الأنبياء
Dan rukun (sudut) Khalil (Ibrahim), Bapak para Nabi
أنا البيت قبلتكم للصلاة
Akulah Rumah-Nya, sebagai kiblat untuk shalat
أنا البيت كعبتكم للرجاء
Akulah Rumah-Nya, sebagai ka’bah (kiblat) untuk harapan
فضموا الصفوف
Maka rapatkan barisan
وولوا الوجوه
Dan hadapkan wajah
إلى مشرق النور عند الدعاء
Menuju Cahaya saat berdoa
وسيروا إلى هدف واحد
Dan berjalanlah menuju satu tujuan
وقوموا إلى دعوة للبناء
Bangunlah…untuk seruan membagun
يزكي بها الله إيمانكم
Semoga dengannya Allah mensucikan iman kalian
ويرفع هاماتكم للسماء
Dan mengangkat cita-cita kalian ke langit

Bagian II. Madinah

طلع البدر علينا
Telah datang purnama kepada kita
من ثنيات الوداع
Dari lembah Wada’
وجب الشكر علينا
Kita wajib bersyukur
ما دعا لله داع
Atas seruan sang penyeru kepada Allah
أيها المبعوث فينا
Wahai (Nabi) yang dikirim kepada kita
جئت بالأمر المطاع
Engkau datang dengan perkara yang ditaati
يا عطاء الروح من عند النبي
Wahai pemberi jiwa Nabi
وعبيرا من ثنايا يثرب
Wahai yang aromanya dari jalan-jalan Yatsrib
يا حديث الحرم الطهر الذي
Duhai berita tempat suci yang murni, yang
يطلع النور به في اللهب
Cahaya bersinar karenanya, di dalam kegelapan
قم وبشر بالمساواة التي
Bangun! Sebarkan berita tentang kesetaraan, yang
الفت بين قلوب العرب
Dengannya dapat menyatukan hati orang-orang Arab
والإخاء الحق والحب الذي
Dan dengan persaudaraan hakiki dan cinta, yang
وحد الخطو لسير الموكب
Menyatukan langkah menuju kejayaan
والجهاد المؤمن الحر الذي
Dan jihad yang benar dan bebas untuk dilakukan
وصل الفتح به للمغرب
Dengannya membawa kemenangan hingga sampai ke Barat
امة علمها حب السماء
Sebuah umat yang telah dididik dengan kecintaan langit
كيف تبني ثم تعلو بالبناء
Bagaimana engkau membangun, kemudian hebat dalam membangun
فمضت ترفل في وحدتها
Lalu pergi menampakkan akan persatuannya
وتباهي في طريق الكبرياء
Dan memamerkan dengan bangga
بيد توسع في ارزاقها
Dengan tangan yang digunakan untuk meluaskan rizki itu
ويد تدفع كيد الأشقياء
Dan tangan yang digunakan untuk melawan musuh-musuh itu
سادت الأيام لما آمنت
Pernah menaklukkan dunia, ketika ia percaya
أن بالإيمان يسمو الأقوياء
Bahwa sesungguhnya dengan terletak pada iman
فإذا استشهد منهم بطل
Dan jika salah satu dari mereka mati sebagai syahid
كانت الجنة وعد الشهداء
Maka surga adalah tempat yang dijanjikan untuk para syuhada

Bagian III. Palestina

من مهبط الإسراء في المسجد
Dari tempat pendaratan Isra’ di sebuah masjid
من حرم القدس الطهور الندي
Dari tempat suci al-Quds yang murni dan berembun
أسمع في ركن الأسى مريما
Aku mendengar dari sudut kesedihan, suara Maryam yang suci
تهتف بالنجدة للسيد
Berteriak untuk meminta bantuan, dengan nama Tuhannya
وأشهد الأعداء قد احرقوا
Dan aku menyaksikan musuh telah membakar
ركنا مشت فيه خطى احمد
Rukun (sudut) dimana pernah berjalan di situ gerak langkah Nabi Muhammad SAW
وأبصر الأحجار محزونةً
Aku melihat batu-batu itu bersedih
تقول واقدساه يا معتدي
Mengatakan “Ya Ampun…! Kamu melampaui batas…!” (Hentikan!)
لا والضحى والليل اما سجى
Demi siang, demi malam ketika sunyi
وكل سيار به نهتدي
Dan demi setiap bintang-bintang pemandu
لن يطلع الفجر على ظالم
Fajar takkan menyingsing untuk penindas
مستغرق في حقده الأسود
Yang tenggelam dalam kebencian hitamnya
سترجع الأرض إلى أهلها
Tanah akan dikembalikan kepada rakyatnya
محفوفة بالمجد والسؤدد
Dengan disertai kemuliaan dan kehormatan
والمسجد الأقصى إلى ربه
Dan Masjid al-Aqsa kepada pun kepada Tuhannya kembali
مزدهيا بالركع السجد
Dihiasi dengan ruku’ dan sujud
ستشرق الشمس على امة
Dan matahari akan terbit di atas suatu bangsa
لغير وجه الله لن تسـجد
Yang kepada siapapun selain Allah takkan pernah menundukkan kepalanya

Baca juga: Seni sebagai Demensi Artistik Islam

Tidarislam.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *