Seni Hidup Bersama: Toleransi Budaya sebagai Solusi Konflik Sosial

Oleh: Ilham Ependi

Tidarislam.co- Indonesia merupakan negara multikultural dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Keanekaragaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan tradisi lokal menjadi identitas nasional yang membedakan Indonesia dari negara lain. Dalam kerangka ini, keberagaman budaya tidak hanya menjadi realitas sosial, tetapi juga merupakan potensi besar untuk mendorong kemajuan bangsa. Apabila dikelola dengan tepat, keberagaman dapat menjadi sumber inovasi, kreativitas, serta kekuatan sosial yang memperkaya kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, toleransi, dan musyawarah juga merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia.

Namun, keberagaman yang tidak dikelola dengan bijak dapat menimbulkan berbagai ancaman serius. Konflik SARA, disintegrasi sosial, dominasi budaya mayoritas terhadap kelompok minoritas, hingga erosi budaya lokal akibat globalisasi merupakan tantangan nyata yang perlu diantisipasi. Salah satu contoh nyata adalah konflik antar-etnis yang terjadi di Sambas, Kalimantan Barat, pada akhir 1990-an. Ketegangan antara suku Dayak, Madura, dan Melayu dipicu oleh kesenjangan sosial dan stereotip budaya. Kasus ini menunjukkan bagaimana keberagaman yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu konflik berkepanjangan.

Oleh karena itu, peran aktif seluruh elemen bangsa—baik masyarakat, tokoh adat, lembaga pendidikan, maupun pemerintah—sangat diperlukan dalam menjaga harmoni sosial. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan multikultural, dialog antarbudaya, dan kebijakan publik yang adil serta inklusif. Artikel ini menekankan bagaimana keberagaman budaya di Indonesia dapat menjadi kekuatan strategis apabila ditopang oleh semangat toleransi, sekaligus membahas berbagai tantangan yang menyertainya dalam kehidupan masyarakat multikultural.

Multikultural, Potensi atau Ancaman Dalam Bermasyarakat?

Sumber daya sosial dan kreativitas kolektif merupakan kekuatan utama dari keberagaman budaya yang dapat dimanfaatkan dalam pertukaran ide, kolaborasi lintas budaya, serta inovasi di tengah dunia yang semakin global. Selain menjadi identitas bangsa, budaya lokal juga menjadi aset ekonomi melalui sektor pariwisata, dengan daya tarik berupa seni tradisional, kuliner khas daerah, dan upacara adat. Keberagaman budaya juga berperan dalam meningkatkan toleransi, solidaritas, serta pembentukan karakter bangsa. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan multikultural cenderung memiliki sikap terbuka, menghargai perbedaan, dan mampu berinteraksi dengan berbagai latar belakang.

Namun, keberagaman juga memiliki potensi menimbulkan konflik apabila tidak dikelola dengan baik, termasuk konflik sosial dan kepercayaan akibat kesalahpahaman atau manipulasi pihak tertentu. Intoleransi sering kali muncul dari interpretasi sempit terhadap teks agama tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan budaya. Di sisi lain, globalisasi mempercepat erosi budaya lokal, khususnya di kalangan generasi muda. Dominasi budaya tertentu dapat meminggirkan budaya lain dan menimbulkan ketidakpuasan. Jika pemerintah dan masyarakat tidak melestarikan serta merevitalisasi kebudayaan tradisional, Indonesia berisiko kehilangan identitas budayanya.

Toleransi Berbudaya Sebagai Solusi Konflik

Konflik sosial tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan sering dipicu oleh kesenjangan ekonomi, perebutan sumber daya, dan politik identitas. Dalam banyak kasus, budaya kerap dijadikan alat untuk memperkeruh situasi. Dalam konteks ini, toleransi budaya merupakan solusi strategis. Toleransi dapat berkembang apabila masyarakat menyadari bahwa perbedaan adalah bagian dari kehidupan, dialog antarbudaya difasilitasi oleh tokoh masyarakat, pemerintah hadir dengan kebijakan yang adil, dan pendidikan multikultural ditanamkan sejak dini. Interaksi lintas budaya yang dilakukan secara rutin mampu mengikis prasangka negatif dan stereotip, sekaligus membangun kepercayaan sosial yang menjadi fondasi penting bagi stabilitas jangka panjang.

Baca juga: Harmonisasi Sosial, Alam, dalam Leluhur dalam Tradisi Nyadran

Toleransi berbudaya merupakan sikap menghormati dan menerima perbedaan budaya, serta mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Toleransi tidak hanya berfungsi sebagai upaya pencegahan konflik, tetapi juga menumbuhkan rasa saling menghargai dan menjadi sarana pembelajaran untuk memahami serta menerima perspektif yang beragam. Penting dipahami bahwa toleransi bukan berarti menyamakan semua perbedaan, melainkan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif, di mana perbedaan dapat tumbuh secara harmonis. Sebagai seni hidup berdampingan, toleransi dapat menumbuhkan rasa syukur, kemurahan hati, dan keterbukaan pikiran, yang menjadi dasar bagi kehidupan sosial yang damai dan beradab.

Tantangan Dalam Kehidupan Berbudaya

Meskipun pentingnya toleransi budaya sudah banyak dipahami, penerapannya di masyarakat masih menghadapi berbagai tantangan. Berbagai faktor menghambat praktik toleransi, seperti radikalisme dan eksklusivisme identitas yang menyempitkan makna kebenaran hanya untuk kelompok tertentu. Selain itu, peran media sosial juga mempercepat penyebaran ujaran kebencian antarbudaya. Misalnya, beberapa tradisi budaya lokal seperti Festival Lembah Baliem di Papua atau Grebeg Suro di Ponorogo pernah menjadi sasaran ujaran kebencian di media sosial karena disalahpahami oleh sebagian masyarakat.

Krisis pendidikan turut memperparah keadaan dengan menjadikan generasi muda rentan terhadap informasi yang keliru. Di sisi lain, politik identitas sering memanfaatkan perbedaan budaya untuk kepentingan kekuasaan. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif dari semua pihak—keluarga, sekolah, komunitas lokal, hingga lembaga negara—untuk membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan damai.

Penutup

Keberagaman budaya di Indonesia harus dipandang bukan sekadar sebagai realitas sosial, melainkan sebagai aset strategis yang membutuhkan pengelolaan kolektif secara serius. Toleransi budaya merupakan prasyarat utama untuk membangun kehidupan bersama yang damai di tengah perbedaan. Karena perbedaan merupakan keniscayaan dalam masyarakat multikultural, keberagaman justru dapat menjadi peluang untuk memperkuat integrasi sosial, memperluas wawasan, dan membentuk masyarakat yang adil serta beradab.

Oleh karena itu, toleransi perlu ditanamkan sejak dini, diperkuat melalui pendidikan, serta didukung oleh kebijakan publik yang inklusif. Apabila toleransi budaya dijadikan fondasi kehidupan berbangsa, konflik sosial akibat salah kelola keberagaman dapat diminimalisasi. Dengan demikian, Indonesia akan tumbuh menjadi bangsa besar yang tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga dewasa secara sosial dan tangguh menghadapi tantangan global.

Baca juga: Sikap Islam terhadap Budaya Lokal

Referensi:

  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2020). Pedoman pendidikan multikultural di Indonesia. Kemdikbudristek.
  • Malleleang, A. M. A., Sumertha, I. G. K. Y., Santoso, P., & Saragih, H. J. R. (2022). “Resolusi konflik kepercayaan dalam toleransi beragama pada masyarakat multikultural di Indonesia”. Jurnal Moderasi Beragama.
  • Alfikri, M., & Rizki, A. (2024). “Moderasi beragama: Tantangan dan peluang dalam masyarakat multikultural”. Jurnal Studi Keislaman.
  • Sulastri, S. (2024). “Implementasi moderasi beragama pada masyarakat multikultural di Indonesia: Tantangan dan peluang”. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.

Ilham Ependi, merupakan mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *