Pesantren sebagai Jangkar

Oleh: Aji Sofanudin

Tidarislam.co- Konflik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU yang melibatkan perseteruan antara Rais Aam, KH Miftachul Akhyar dengan Ketua Umum, KH Yahya Cholil Staquf selesai melalui mekanisme internal ”Rapat Konsultasi Syuriah ke Mustasyar” di Pesantren Lirboyo, 25 Desember 2025. Hasil konsultasi Syuriah ke Mustasyar tersebut menghasilkan keputusan bahwa Muktamar ke-35 NU akan dilaksanakan secepatnya oleh Rais Aam dan Ketua Umum PBNU dengan melibatkan Mustasyar, para sesepuh serta pengurus pesantren dalam penentuan waktu, tempat, dan kepanitian muktamar. Dengan keputusan ini, kepengurusan PBNU kembali kepada ”formasi awal” dengan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam dan KH Yahya Cholil Staquf dengan Ketua Umum PBNU sebagaimana hasil Muktamar NU ke-34 di Lampung.

Diketahui sebelumnya bahwa melalui mekanisme rapat harian syuriah PBNU, Rais Aam (RA) memberhentikan ketua umum (KU) dengan alasan terlibat jaringan Zionisme Internasional dan persoalan keuangan khususnya tata kelola tambang (20/11/2025). Rapat dilakukan di hotel Aston City Jakarta dihadiri oleh 37 dari 53 Pengurus syuriah. Berdasarkan surat edaran nomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025, KH. Yahya Cholil Staquf tidak lagi memiliki wewenang dan hak untuk menggunakan atribut, fasilitas dan/atau hal-hal yang melekat kepada jabatan Ketua Umum PBNU maupun bertindak untuk dan atas nama Perkumpulan Nahdlatul Ulama terhitung mulai tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB.

Tak lama kemudian, kubu KU mengganti Sekretaris Jenderal PBNU, Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) dengan sekretaris jenderal baru yakni Amin Said Husni. Selain menggeser Gus Ipul, KU juga menggeser Gudfan Arif dari bendahara umum ke posisi Ketua PBNU. Kemudian Sumantri dipercaya menjabat sebagai bendahara umum untuk menggantikan posisi lamanya sebagai bendahara. Hal ini dilakukan melalui rapat tanfidziyah pada 28 November 2025. Alasan merotasi Gus Ipul karena kesibukannya sebagai menteri sosial yang menyebabkan kinerja organisasi tersendat seperti menumpuknya SK dan kurangnya kehadiran fisik di Kantor PBNU.

Kubu RA melakukan rapat Pleno PBNU di hotel Sultan Jakarta (9/12/2025) dan mengangkat KH Zulfa Mustofa (ZM) yang sebelumnya sebagai Wakil Ketua Umum PBNU sebagai Pj Ketua Umum PBNU. Sejak saat itulah, terjadi dualisme kepemimpinan di PBNU antara kubu Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf dan kubu Pj Ketua Umum KH Zulfa Musthofa. Ada analisis yang menyebutkan bahwa dualisme kepemimpinan PBNU ini diselesaikan oleh Damai Natal, 25 Desember 2025.

Mekanisme Internal

Hemat saya, konflik internal PBNU tersebut sangat serius karena melibatkan hampir semua elemen sampai akar rumput, pengurus ranting NU. Penyelesaian konflik PBNU tidak diselesaikan melalui mekanisme ekternal seperti pengadilan atau lainnya tetapi sepenuhnya oleh mekanisme internal dengan pesantren sebagai jangkarnya. Selain itu, tentu karena adanya kecintaan yang luar biasa terhadap Nahdlatul Ulama sehingga masing-masing menurunkan egonya masing-masing.

Hemat saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan kedamaian di PBNU. Pertama, jangkar pesantren. Pesantren Lirboyo sangat dihormati oleh semua yang berkonflik di PBNU. Pesantren Lirboyo sebagai Institusi melampaui ketokohan para kyai. Mafhum bahwa salah satu kelebihan sekaligus kelemahan kyai adalah ”susah diatur” karena biasa mengatur. Pengasuh Pesantren Lirboyo, tentu sangat sepuh, tetapi para kyai yang berkonflik juga adalah para kyai sepuh yang tidak kalah reputasinya. Dalam hal ini, pesantren sebagai institusi adalah jangkar penyelesaikan konflik di PBNU.

Kedua, bulan Rajab. Orang NU pada umumnya sangat menghormati bulan Rajab, sehingga ada doa yang sangat terkenal di kalangan nahdliyyin, yaitu Allahumma bariklana fi rajaba wasya’bana wa ballighna romadhon. Bahwa hal itu bertepatan dengan peringatan Natal itu hanya kebetulan, tetapi nilai internal yang ada hemat saya karena bulan Rajab. Terlebih lagi dalam tradisi NU ada shalat taubat, yang dilaksanakan pada Jumat pertama bulan Rajab.

Ketiga, seratus tahun NU. Hari lahir satu abad versi bulan Masehi akan diperingati pada 31 Januari 2026. Mafhum bahwa NU lahir pada 31 Januari 1926 yang artinya pada tahun 2026 nanti NU berusia seratus tahun. Sekiranya konflik PBNU ini tidak segera diakhiri tentu akan berdampak kepada NU secara kelembagaan, bukan lagi orang per orang. Wallahu’alam

Jakarta, 26 Desember 2025

Aji Sofanudin, Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *