Tidarislam.co – Artikel ini bertitik tolak pada suatu hipotesis bahwa lahirnya peradaban Islam yang gemilang di masa lalu tidak semata-mata berasal dari kehebatan umat Islam dalam membangun peradabannya; misalnya seperti membangun kekuatan politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan. Yang tidak kalah penting dari itu semua – dan ini yang paling menentukan – adalah peranan kuda di dalam membentuk lahirnya peradaban Islam.
Banyak yang mengira kuda hanyalah hewan yang dijadikan sebagai alat transportasi semata. Misalnya dipakai untuk bepergian jauh, berdagang, bahkan berperang. Anggapan ini tentu saja benar, sebab, di samping unta, kuda merupakan salah satu hewan yang banyak dijadikan tunggangan sebagai moda transportasi.
Tetapi, peranan kuda sebetulnya tidak hanya sebatas sebagai alat transportasi, lebih dari itu, kuda adalah satu-satunya hewan yang paling berperan penting dalam pembentukan peradaban Islam. Tanpa kuda tidak bisa dibayangkan bagaimana wajah Islam di masa lalu. Boleh jadi, Islam tidak akan mencapai puncak kegemilangan seperti yang kita saksikan dalam narasi-narasi sejarah.
Tulisan singkat ini secara khusus ingin mengeksplorasi dampak mendalam penggunaan kuda terhadap perkembangan peradaban Islam, serta menelusuri peranannya hingga melahirkan kerajaan-kerajaan besar dalam Islam yang banyak menentukan arus perkembangan peradaban Islam di masa-masa selanjutnya.
Kita mungkin pernah membaca catatan sejarah bahwa di masa lalu ada tempat terkenal yang dinamakan sebagai “Jalur Sutra”. Boleh dibilang, jalur sutra merupakan jalur perdagangan bersejarah yang digunakan sejak abad ke-2 SM hingga abad ke-14 M. Jalur ini membentang dari Asia hingga Mediterania, melintasi Cina, India, Persia, Arab, Yunani, dan Italia. Disebut jalur sutra karena perdagangan sutra yang terjadi di masa itu.
Bila kita memikirkan kembali bagaimana jalur sutra ini bisa menjadi arena perdagangan internasional yang sangat terkenal dan mendunia, kita mungkin akan bertanya bagaimana jalur sutra ini bisa begitu terkenal dan menjadi jalur penting dalam perputaran ekonomi dunia? Jawabannya adalah, karena adanya hewan kuda yang menjadi perantara terjalinnya hubungan perdangan internasional itu. Dari fakta ini kita mungkin bisa mendefinisikan kembali bahwa apa yang kita sebut sebagai jalur sutra sejatinya adalah jalur kuda. Hal ini menjadi pertanda bahwa kuda benar-benar menjadi alat yang menghubungkan manusia dalam membentuk peradabannya.
Ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa Islam menjadi agama mayoritas masyarakat di sepanjang jalur sutra. Dalam hal ini, para pedagang Muslim yang menggunakan jalur sutra secara teratur membangun tempat peribadatan ke mana pun mereka pergi.
Jalur sutra menggambarkan bagaimana kuda berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, pertukaran budaya, dan ekspansi penaklukan kekuasaan, yang pada akhirnya membentuk jalannya sejarah. Dari sinilah kita bisa menerawang bagaimana peradaban Islam dibangun melalui peranan kuda sebagai alat penaklukan.
Kita bisa memastikan bahwa tidak ada hewan yang betul-betul terlibat dalam sejarah pembentukan peradaban Islam kecuali kuda. Memang unta juga menjadi alat transporasi dalam kebudayaan Arab, baik pada masa pra Islam hingga era Islam, tetapi, unta lebih merupakan hewan ternak yang paling populer di Arab dan bukan satu-satunya alat transportasi. Mengingat, unta tidak memiliki ketangguhan sebagaimana kuda, sehingga pada medan-medan yang sulit, dan pada kondisi-kondisi sulit seperti ekspansi dan penaklukan, kuda adalah hewan yang paling cocok dan menjanjikan.
Dengan adanya kuda, umat Islam mampu menjangkau berbagai wilayah yang membentang luas dan jauh. Misalnya, dengan menggunakan kuda, peperangan menjadi lebih mudah, kuda juga mendorong adanya perdagangan jarak jauh, ekspansi dan akhirnya dengan menggunakan kuda memungkinkan memberi makna pada budaya dan agama yang lebih mendalam.
Sejarah peradaban Islam mencatat, kehebatan pasukan kuda Islam telah menjadi kunci kemenangan dalam berbagai pertempuran. Misalnya dalam perang Yarmuk di mana pasukan kuda menjadi kunci kemenangan umat Islam dalam peperangan ini. Pertempuran Yarmuk merupakan perang antara tentara Muslim dengan Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 636 M.
Sejumlah sejarawan menyatakan, perang Yarmuk sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, yang memungkinkan percepatan masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.
Pertempuran Yarmuk ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan pasukan berkuda paling brilian di abad pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah Rasyidah kedua. Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad wafat pada 632 M.
Sejak saat itu pasukan kuda dalam Islam menjadi sangat kuat, hal ini terbukti ketika ‘Amr bin Al-‘Ash menaklukan Mesir pada tahun 658-660 M. Kehebatan pasukan kuda ini juga terbukti dalam pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 antara Umat Islam dengan Dinasti Tang dari Cina. Dengan bermodal pasukan berkuda yang tangguh, tentara Muslim berhasil meraih kemenangan.
Kemenangan itu membuat Islam menguasai wilayah Asia Tengah dan mulai menyebar luas di negeri Tirai Bambu. Pasukan berkuda Islam juga kerap mendapat bantuan dari pasukan lain, misalnya ketika pasukan kuda Iran, Asawira bergabung dengan pasukan Islam dalam penaklukan Khuzistan. Di kemudian hari, pasukan berkuda Islam kian bertambah kuat pada era kekuasaan Dinasti Mamluk pada abad ke-12 dan ke-13 M.
Peperangan demi peperangan dalam ekspansi Islam ke berbagai belahan dunia menegaskan betapa kuda menjadi kekuatan utama dalam membangun peradaban Islam. Kita mungkin akan bertanya bukankah peradaban Islam lebih banyak dibangun melalui karya para ulama atau ilmuwan dan melalui kekuataan politik?. Namun demikian, semua hasil karya dan kegemilangan kekuataan politik tidak ada artinya tanpa memahami proses ekspansi umat Islam, di mana kuda menjadi alat utama dalam menunjang lahirnya kekuatan dan peradaban Islam.
Fakta ini menegaskan bahwa model penaklukan Islam hanya bisa sukses dengan menggunakan kuda sebagai alat perang. Tetapi lebih daripada itu, kuda menjadi kekuatan utama bagaimana umat Islam mampu memperluas kekuatan, menyebarkan Islam, dan membangun peradaban yang kuat di dunia.
Selain itu, kuda juga menjadi simbol penting bagi budaya Islam. Secara tradisional, kuda dianggap memiliki kualitas positif dalam kesatria, keberanian dalam bertempur dan kemenangan. Dalam konteks ini, kuda memiliki simbol kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan sehingga manusia mampu memaknai kehidupan melaluinya.
Bahkan, kitab suci Al-Qur’an juga menyebut kata kuda dalam beberapa ayatnya, “Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak ketahui”, (QS. An-Nahl: 8). Juga, “Demi kuda-kuda perang yang berlari kencang terengah-engah, yang memercikkan bunga api (dengan gentakan kakinya), yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi sehingga menerbangkan debu, lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh”, (QS. Al-‘Adiyat: 1-5).
Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa kuda merupakan hewan yang berperan besar dalam perkembangan sejarah, sosial, dan kebudayaan Islam.
Rohmatul Izad. Kandidat Doktor Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta