Pengembangan Sumber Daya Manusia di Desa Ekowisata Sukunan

Gambar hanya ilustrasi. Sumber: pinterest

Oleh: Valentino Saputra

Tidarislam.co- Di salah satu daerah di Yogyakarta terdapat sebuah desa wisata yang sangat memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan cara mengolah barang bekas menjadi suatu kerajinan yang memiliki daya jual dan daya minat yang tinggi. Desa tersebut adalah desa wisata Sukunan, yang terletak di Dusun Sukunan, Banyuraden, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa Wisata Sukunan dirintis sejak 2003 dan resmi menyandang status sebagai desa wisata lingkungan pada 2009. Proses panjang ini didukung oleh partisipasi aktif masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah.

Kini, desa ini menjadi tujuan kunjungan edukatif dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, peneliti, dan lembaga pemerhati lingkungan. Salah satu fokus utama dari desa ini adalah pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), menciptakan individu-individu yang berkesadaran lingkungan dan bergerak dalam bidang pemanfaatan limbah sampah. Dengan kreativitas, sampah bahkan dapat diolah sehingga menciptakan produk-produk kreatif yang memiliki nilai jual tinggi.

Kreativitas Mengubah Barang Bekas Menjadi Bernilai Ekonomis

Sebagai tujuan wisata berbasis lingkungan, Desa Wisata Sukunan populer dengan edukasi kebersihan lingkungannya, termasuk pengelolaan sampah. Hal itulah yang menjadi daya tarik utama dari desa wisata ini, terutama bagi yang ingin belajar mengelola sampah.

Daya tarik lainnya yang ditawarkan oleh Desa Sukunan adalah pengunjung bisa belajar sistem pengelolaan sampah mandiri, dan pengunjung juka akan mendapatkan edukasi tentang bagaimana tatacara pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Desa wisata Sukunan memiliki pembelajaran tentang eduksi pembuatan karya atau inovasi dari barang bekas menjadi barang yang bernilai tinggi. Menurut sumber informasi dari pemerintah desa tersebut, barang bekas seperti plastik, kertas, botol, kaleng, dan kayu limbah diolah menjadi berbagai produk menarik seperti kerajinan tangan, hiasan rumah, alat musik, tas, bahkan furnitur. Proses kreatif ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah secara ekonomi. Masyarakat dilatih untuk melihat “sampah” sebagai peluang usaha, bukan sebagai beban.

Gambar: Contoh aneka produk kreatif dari daur ulang sampah di Desa Sukunan.

Tidak hanya belajar mengelola sampah, pengunjung juga bisa melihat berbagai atraksi khas desa yang menarik, seperti angon bebek, membajak sawah dengan kerbau dan sapi, menanam padi, hingga memanen padi. Pengunjung bisa mencoba berbagai aktivitas seru tersebut secara langsung.

Baca juga: Visi dan Ragam Gerakan Green Islam di Indonesia

Pengunjung yang datang tidak hanya menikmati suasana pedesaan yang asri, tetapi juga belajar tentang daur ulang sampah rumah tangga. Kegiatan yang ditawarkan meliputi pelatihan membuat kerajinan dari plastik bekas dan kain perca, serta pembuatan kompos organik. Seluruh proses dilakukan bersama warga setempat yang ramah dan terbuka terhadap wisatawan.

Tak ketinggalan, desa ini juga menawarkan berbagai produk kerajinan tangan sebagai oleh-oleh. Produk seperti tas, dompet, jaket, dan hiasan berbahan daur ulang tersedia dengan harga terjangkau. Selain sebagai kenang-kenangan, pembelian oleh-oleh ini juga menjadi bentuk kontribusi nyata wisatawan dalam mendukung gerakan peduli lingkungan.

Reduce, Reuse, dan Recycle

Berdasarkan informasi dari pengunjung desa tersebut, di Desa Wisata Sukunan ini kita bisa belajar 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) sampah dan gaya hidup zero waste. Suasananya asri, bersih, sejuk, serta penduduknya ramah dan hangat.

Kita bisa mengunjungi eco house milik Bapak Dr. Iswanto, dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta di desa tersebut yang ramah lingkungan. Menyenangkan sekali bisa belajar membuat kompos dan biopori, serta berbelanja hasil karya masyarakat desa mengolah bungkus plastik menjadi aneka tas, dompet, jaket, rompi, bunga, dan lain sebagainya. Kita juga dapat membeli ouger untuk membuat biopori, tutup biopori, aneka pot, dan komposter di sana.

Baca juga: Mengenal 8 Konsep Ekologi dalam Al-Quran

Mengutip dari sumber kumparan,com, apabila tertarik wisata untuk sekaligus belajar pengelolaan sampah, maka akan dikenakan biaya sebesar Rp300.000 untuk kelompok yang berjumlah 20 orang. Biaya tersebut nantinya akan dijadikan kas desa untuk pengelolaan desa yang lebih baik.

Mencapai lokasi desa wisata ini juga tidak terlalu sulit. Jaraknya dari pusat kota Jogja sekitar 5 KM dan bisa dicapai dengan kendaraan pribadi dengan mengarahkan kendaraan ke arah barat dan melalui Jalan Godean.

Jika datang dari luar kota, maka pengunjung tidak perlu khawatir mengenai penginapan. Desa Sukunan juga menyediakan beberapa rumah warga yang dijadikan sebagai homestay sebagai fasilitas dari desa wisata ini. Jadi pengalaman wisata di desa ini akan semakin seru.

Kontributor: Valentino Saputra, merupakan mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta.

Baca juga: Pendidikan Perdamaian dan Lingkungan Hidup bagi Masa Depan Bersama

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *