Menimbang Perlunya Menghapus Jurusan Filsafat di Indonesia

Tidarislam.co – Akhir-akhir ini dunia akademik sedang hangat membicarakan isu penghapusan jurusan Filsafat di Indonesia. Dugaan saya, isu ini bergulir akibat kurangnya pamor dan yang meminati jurusan filsafat itu sendiri. Terutama, filsafat dianggap sebagai disiplin ilmu yang sudah usang dan tidak memiliki nilai jual.

Sebagai alumni mahasiswa Magister Ilmu Filsafat dari salah satu kampus terbaik di Indonesia, tepatnya di Universitas Gadjah Mada, isu ini tentu sangat memprihatikan bagi saya, apalagi saya telah lebih dari lima belas tahun bergelut dengan disiplin ilmu ini, baik dalam konteks belajar maupun mengajar. Tidak terbayangkan bagaimana ilmu yang saya anggap sangat penting ini tiba-tiba dihantam oleh isu penghapusan.

Secara sepintas, saya cukup mengerti mengapa jurusan ini makin hari makin tidak diminati, atau makin tidak populer di kalangan mahasiswa atau pelajar di Indonesia. Praksisnya, jurusan Filsafat memang tidak menawarkan prospek pekerjaan yang menjanjikan sebagaimana bidang ilmuan yang lain, sebut saja misalnya ilmu hukum, ilmu teknik, ilmu hubungan internasional, dsb.

Alih-alih menjadi ilmu praktis, filsafat yang dipelajari di kampus-kampus, terutama yang di jurusan Filsafat itu sendiri, justru seperti sedang bernostalgia ke masa lalu di mana era-era keemasan Yunani dan peradaban Islam dulu, memang keberadaan filsafat pernah menjadi primadona dan pusat dari segala ilmu. Dan ini memang benar, filsafat adalah jantungnya ilmu sekaligus peradaban umat manusia. Tapi ini dulu, sekarang orang sudah tidak lagi memahami secara demikian.

Harus diakui bahwa filsafat dalam konteks hari ini telah kalah bersaing dengan bidang keilmuan yang lain, yang tak bukan bidang keilmuan itu dulunya merupakan anak-anak dari ilmu filsafat. Ini seperti seorang anak yang pergi meninggalkan ibunya, dengan alasan sang ibu tidak lagi bisa menyesuaikan kondisi kehidupan anaknya, hingga sang anak kemudian memilih jalannya sendiri dan memutuskan masa depannya terlepas dari pengaruh ibunya.

Tapi, benarkah filsafat sudah usang? Bukankah sesuatu yang tak lagi populer belum tentu tidak penting? Bukankah kita tidak bisa benar-benar melepas dari bayang-bayang ibu kita? Bila filsafat sebagai jurusan dihapuskan, bukankah ini sama saja melenyapkan secara perlahan ilmu filsafat di muka bumi ini?

Hemat saya, sangat sulit dipahami mengapa jurusan filsafat perlu dihapus. Alasan-alasannya dapat saya jabarkan dalam beberapa poin berikut:

Pertama, filsafat adalah matakuliah wajib yang harus diambil oleh setiap mahasiswa apapun jurusannya. Artinya, hampir semua jurusan perkuliahan di Indonesia menawarkan matakuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa, terutama di semester awal. Saya sendiri pernah mengajar selama empat tahun di fakultas syariah dan hukum di salah satu kampus Islam negeri di Indonesia. Di sana, saya mengampu matakuliah filsafat umum, ilmu logika, filsafat hukum Islam, dsb.

Bila jurusan filsafat dihapus, dosen dari jurusan apakah yang akan mengampu matakuliah-matakuliah tersebut? Saya ragu bila dosen dari spesialis ilmu lain akan mampu mengampu matakuliah filsafat yang begitu rumit itu. Terlebih, ilmu filsafat memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kedalaman dalam memahaminya. Ini hampir sulit dilakukan oleh dosen yang tidak pernah kuliah di jurusan filsafat.

Kedua, masih berkaitan dengan yang pertama. Tujuan utama memasukkan filsafat sebagai matakuliah wajib bagi hampir seluruh jurusan di Indonesia adalah untuk melatih mahasiswa untuk berpikir kritis, logis, dan rasional. Tiga kemampuan ini adalah wajib bagi setiap mahasiswa di mana filsafatlah yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan utama ini.

Saya tidak tahu apakah ada ilmu-ilmu lain yang mampu mengajarkan kepada mahasiswa untuk berpikir kritis, logis, dan rasional tanpa melibatkan disiplin ilmu filsafat. Paling tidak, filsafat memiliki ruang yang lebih dari cukup untuk menuntaskan problem kemahasiswaan terkait dengan cara berpikir dan orientasi berpikir mereka selama berkuliahan hingga selesai.

Baca juga: Santai, Kritis, dan Radikal: Sebuah Pengenalan pada Dunia Filsafat

Dengan filsafat, mahasiswa diajarkan untuk berpikir secara sistematis dan komprehensip, di mana inilah inti dari segala ilmu. Dengan filsafat, mahasiswa menjadi mengerti tentang kedalaman ilmu, hakikat ilmu yang sedang ia pelajari, dan mendorong upaya yang lebih berkualitas untuk mengembangkan ilmu yang sedang ia dalami, apapun jurusannya.

Ketiga, dorongan-dorongan untuk menghapus jurusan filsafat menandakan bahwa kita sedang menuju peradaban kerja tanpa mengerti arti penting sebuah nilai. Kita seolah seperti anak ayam yang kehilangan induknya, pergi tanpa arah dan tidak tahu jalan pulang. Yang kita kejar hanyalah kerja kerja dan kerja yang selalu berorientasi pada uang, tanpa pada saat yang sama mengerti secara mendalam untuk apa kita bekerja dan mendapatkan uang.

Poin ketiga ini menandakan bahwa cara berpikir dunia perkampusan saat ini lebih banyak diorientasikan pada ilmu praktis dan mendorong pada dunia kerja. Kuliah selalu diorientasikan untuk kerja. Akibatnya, literasi intelektual menjadi menurut dalam arti mahasiswa telah banyak yang kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan berpikir secara out of the box. Ini tentu menjadi tanda bagi kemunduran sebuah peradaban, atau kemunduran bagi kemajuan sebuah bangsa.

Keempat, abad ke-21 ini menandakan perlunya integrasi keilmuan. Kita meninggalkan era monodisipliner dan memasuki era multi, trans, dan interdisipliner. Apa artinya? Sekarang ini semua bidang ilmu saling terkait satu sama lain. Dulu, ilmu eksak dan ilmu sosial dianggap saling ada diseberang dan tidak terkait, sekarang keduanya sudah tidak bisa dipisahkan, malahan saling membantu dan mendukung. Tanpa filsafat, integrasi keilmuan ini boleh jadi sangat sulit diwujudkan.

Kelima, bila jurusan filsafat dihapuskan, lambat laun kita akan kehilangan makna terdalam dalam memahami hidup. Bagi sebagian orang, filsafat boleh jadi tidak ada artinya. Tapi sadar atau tidak, filsafat selama ini telah menopang hampir semua disiplin ilmu, memastikan setiap ilmu memiliki orientasi yang jelas, dan tentu saja ilmu dapat digali kedalamannya melalui filsafat. Kita hampir-hampir tidak menyadari bahwa cara berpikir kita hampir semuanya ditopang oleh filsafat. Bila sebagai jurusan saja dihapuskan, kemana pikiran ini akan ditautkan.

Hemat saya, menghapus jurusan filsafat bukan saja berbahaya, tetapi juga sangat mustahil. Di samping itu, kita sesungguhnya juga tidak pernah bisa benar-benar meninggalkan filsafat dalam seluruh kehidupan kita. Filsafat mungkin akan terus diterjang penolakan, namun penolakan demi penolakan itulah yang akan membuat filsafat akan terus dibutuhkan dan terus eksis.

Baca juga: Mengenal Pemikiran Filsafat Socrates: Hubungan antara Pengetahuan dan Etika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *