Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Saksi Keulamaan Syekh Arsyad Al-Banjari

Tidarislam.co– Seksi Kemasjidan Bidang Urusan Agama dan Bina Syariah, bagian dari Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama telah menetapkan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin Kalimantan Selatan sebagai Pemenang 1 sebagai Masjid Raya Percontohan pada Program Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (AMPeRa) tahun 2025. Untuk mengenal lebih jauh masjid ini, mari kita sedikit mengulik serba-serbi masjid, dan makna di balik nama masjid berprestasi ini.

Penamaan masjid dengan nama Sabilal Muhtadin merupakan bentuk penghormatan terhadap ulama besar, seorang alim allamah, arif billah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ((1710-1812 M)), ulama asal Banjar yang juga dijuluki sebagai Datu Kalampayan dari Martapura dan Anumerta dari Kesultanan Banjar Kalimantan Selatan. Nama masjid ini diambil dari salah satu kitab karya beliau sebagai bentuk penghormatan terhadap keilmuan dan keulamaannya.

Syekh Arsyad al-Banjari merupakan mufti madzhab Syafi’i, yang menjadi guru dari ulama-ulama besar di Tanah Banjar. Beliau telah mengarang berbagai kitab dalam beberapa disiplin keislaman, antara lain dalam bidang fikih yang sangat terkenal berjudul Sabilal Muhtadin. Buku ini sangat populer, dan menjadi rujukan bagi fikih madzhab Syafi’i di berbagai negara di Asia Tenggara. Buku fikih ini juga menjadi referensi keilmuan di Universitas Al Azhar Mesir, bahkan menjadi salah satu rujukan dalam fikih ibadah bermazhab Syafi’i di dunia Islam.

Dalam sejarahnya, Sultan Tahmidullah II, yang memerintah Kesultanan Banjar dari1761-1801, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di wilayah kerajaannya. Beliau kemudian meminta kepada Syaikh Muhammad Arsyad yang telah kembali menimba ilmu dari Makkah untuk menulis sebuah kitab hukum yang menjelaskan tentang fikih ibadah, yang kelak kemudian tulisan itu menjadi kitab yang diberi nama kitab Sabilal Muhtadin. Selain kitab fikih, beliau sebenarnya juga menulis beberapa kitab tasawuf, antara lain Risalah Kanzul Ma’rifah.

Baca juga: Masjid dan Imam di Indonesia

Mengutip dari infografis Bimas Islam Kementerian Agama, Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang bersejarah ini dibangun pada 1974 M dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 9 Februari 1981. Bangunan masjid ini terletak dibangun di atas bekas Benteng Tatas (Fort van Tatas), benteng pertahanan Belanda di masa kolonial. Lokasi Masjid Sabilal Muhtadin terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 1 Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun dengan gaya arsitektur Timur Tengah, dengan luas bangunan 5.250 m2, dan mampu menampung jamaah sebanyak 15.000. Jumlah menara masjid ada 5, dengan 1 menara utama setinggi 45 m dan 4 menara lainnya setinggi 21 m. Pertama kali masjid ini digunakan untuk umum adalah pada perayaan sholat Idul Adha tahun 1979. Masjid Sabilal Muhtadin juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas kantor seperti Kantor MUI, Kantor Baznas, Kantor Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kalsel, Perpustakaan dan Islamic Center, serta aula untuk kegiatan umum.

Sementara itu, mengacu pada laman duniamasjid.islamic-center.or.id, menjelaskan karakteristik arsitektur dan letak strategis masjid, bahwa Masjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dengan menara yang menjulang tinggi tepat di jantung kota. Masjid ini menjadi salah satu landmark kota Banjarmasin, dan digunakan sebagai sarana peribadahan dan pusat syiar Islam utama di sana.

Bentuk masjid tergolong unik dengan penempatan kubah yang berbentuk bulat pipih di atas bangunan berbentuk geometris kotak persegi panjang. Di sekeliling bangunan terdapat empat menara kecil. Gaya arsitektur Timur Tengah yang diadopsi masjid ini terlihat dari elemen hias kaligrafi yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat al-Quran dan Asma’ul Husna yang ditulis dalam gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulusi, dan Kufi, semakin menambah nilai estetis untuk meningkatkan nuansa pujian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di samping itu, motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh-tumbuhan juga digunakan untuk mempercantik arsitektur. Selain memberikan kesan hidup dan dinamis, motif ini dimaksudkan untuk menghindari relief menjadi gambar pemujaan pagan seperti yang banyak terjadi pada motif bergambar manusia dan hewan.

Penggunaan kubah besar, tiang-tiang kokoh, serta dinding tebal dan padat di masjid kerap memberikan nuansa yang berat dan terkadang terasa menekan. Oleh karenanya desain arsitektur ini diberikan penyeimbang berupa bentuk kerawang pada pintu-pintu dan dinding. Bentuk kerawang ini memberikan suasana ringan yang ditimbulkan dari sifat tembus pandangnya. Penggunaan elemen untuk menimbulkan rasa ringan juga terlihat pada lampu hias di bagian dalam ruang utama. Lampu hias terdiri dari 17 buah unit gantungan dengan ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 meter

Baca juga: Masjid Nasional Malaysia: Simbol Persatuan dan Kerukunan Negeri Jiran

Selain menjadi pusat peribadatan, Masjid Raya Sabilal Muhtadin juga digunakan sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan bagi seluruh masyarakat di kota Banjarmasin. Hal itu ditunjang dengan adanya fasilitas Taman Maskot, dan dekat dengan Siring Sungai Martapura yang menjadi destinasi wisata. Masjid Raya ini juga menjadi pusat pendidikan Islam, dengan dilengkapi sarana pendidikan Sekolah Islam Sabilal Muhadin. Sekolah Islam ini ditujukan untuk mencetak generasi penerus yang memiliki kecerdasan akademik yang diimbangi dengan fondasi keagamaan yang kuat. Beberapa pendidikan formal Islam Sabilal Muhtadin berjenjang mulai dari PAUD, SD, SMP, SMK, dan STIKIP.

Selain menyelenggarakan pendidikan formal, Masjid Raya Sabilal Muhtadin juga rutin menyelenggarakan pengajaran kegamaan informal. Kajian yang dilakukan disini seperti Majelis Taklim yang diasuh oleh para Tuan Guru Haji dari Kalimantan, dan pengajian perayaan hari-hari besar Islam yang disiarkan secara livestreaming melalui Youtube “Syima Sabilal Muhtadin”, dan siaran dakwah melalui Radio Dakwah 88,5 FM.

Dalam kajian rutin, para Tuan Guru tidak hanya ceramah, tetapi juga mengulas kitab-kitab seperti Kitab Sabilal Mubtadin, Kitab Risalatul Muawanah, dan Kitab Hadist Arbain Nawawi. Dalam forum kajian ini, kita bisa menimba ilmu dari para Tuan Guru seperti Ustadz Ilham Humaidi, Ustadz Rasyid Ridha, Ustadz Zainuddin Rais, dan banyak lagi (Informasi lebih jauh mengenai kegiatan kajian rutin dapat dilihat di website resmi masjid: https://masjidrayasabilalmuhtadin.com/)

Masjid Sabilal Muhtadin tidak hanya menjadi ikon budaya Islam kota Banjarmasin dengan keindahan bangunannya, tetapi juga pusat gerakan dakwah yang menandai kebesaran Islam di tanah Banjar. Keberadaan masjid ini menjadi saksi kharisma dan keulamaan tokoh ulama kebanggaan masyarakat Banjar, Syaikh Arsyad al-Banjari. Masjid ini juga mencerminkan peradaban Islam di tanah Banjar yang tak bisa dilepaskan dalam sejarah panjang Islamisasi di Nusantara. Wallahua’lam.