Masjid Nasional Malaysia: Simbol Persatuan dan Kerukunan di Negeri Jiran

Tidarislam.co – Jika kita menengok negara tentangga kita Malaysia, salah satu negara mayoritas Muslim di Asia Tenggara tersebut memiliki satu bangunan religius bersejarah, yaitu Masjid Nasional Malaysia. Status masjid ini adalah sebagai Masjid Negara, demikian penduduk setempat menyebutnya, yakni masjid utama yang dibangun di atas tanah negara dan resmi milik negara. Masjid kebanggaan Malaysia yang menjadi salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara ini terletak di pusat kota Kuala Lumpur, di Jalan Perdana 50480 Kota Kuala Lumpur Malaysia.

Pada masa kolonial Inggris tahun 1922, bangunan ini adalah bangunan gereja bernama Gereja Venning Road Brethren yang dibangun pemerintah kolonial. Kemudian, setelah negara Federasi Malaysia berdiri tahun 1957, bangunan ini kemudian dialihfungsikan menjadi masjid. Masjid ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas kemerdekaan Malaysia dari Inggris dengan cara damai tanpa pertumpahan darah.

Setelah merdeka tahun 1957, dan selesainya proses pembangunan pada 27 Agustus 1965, kemudian masjid ini direnovasi besar-besaran pada tahun 1987. Banyak warna masjid yang berubah secara menonjol, antara lain kubah masjid, yang awalnya berwarna merah jambu berubah menjadi hijau dan biru. Halaman bangunan ini juga dihiasi dengan deretan pepohonan dan hamparan rumput hijau, sehingga mencerminkan nuansa ekologis di tengah bangunan gedung kota Kuala Lumpur yang metropolitan.

Dengan sejarah berdirinya masjid yang tak bisa dilepaskan dari sejarah kemerdekaan tersebut, masjid megah yang bisa menampung 15.000 jemaah ini juga memiliki makna tersendiri bagi warga Malaysia sebagai simbol bagi persatuan negara Malaysia sehingga disebut juga Masjid Merdeka.

Pada awalnya, masjid ini akan dinamai masjid Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj, perdana Menteri pertama Malaysia, karena peran besarnya dalam menyatukan negara Malaysia. Tetapi, kemudian karena berbagai macam hal, disepakati bahwa masjid tersebut diberi nama Masjid Nasional sebagai simbol kebesaran negara dan simbol persatuan dan kerukunan masyarakat Malaysia.

Dalam kompleks masjid terdapat kompleks Makam Pahlawan. Disini dimakamkan tokoh-tokoh nasional yang berjasa bagi sejarah Malaysia, antara lain Tun Dr Ismail (Wakil Perdana menteri Malaysia, wafat 1973), Tun Abdul Razak (Perdana menteri Malaysia, wafat 1976), Tun Hussein Onn (Perdana menteri Malaysia, wafat 1990), Tun Ghafar Baba (Wakil Perdana menteri Malaysia, wafat 2006), dan masih banyak lagi.

Dengan demikian, masjid ini memberikan pesan kuat tentang perjalanan sejarah berdirinya Malaysia. Masjid ini seolah menjadi saksi simbol bersatunya dan berdirinya negara Malaysia.

Selain menjadi simbol persatuan dan kemerdekaan negara federal Malaysia, Masjid Negara ini juga mencerminkan kebesaran Islam sebagai agama mayoritas dan agama resmi Malaysia. Sebagaimana banyak diketahui, Malaysia dihuni mayoritas suku Melayu yang kental dengan budaya Islam. Malaysia menjadi negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi, dengan teologi Sunni, dan mayoritas bermadzhab Syafii. Sejumlah 63,5 % penduduk Malaysia kini adalah Muslim.

Meskipun mayoritas Muslim, dan Islam menjadi agama resmi, pembangunan masjid ini juga menjadi simbol kebudayaan Islam Melayu yang toleran, sehingga memberi pesan toleransi dan perdamaian warga Malaysia. Proses pembanguan masjid ini melibatkan berbagai elemen warga Malaysia dari berbagai latar belakang identitas; ada orang keturunan Cina dan India. Pembangunan masjid ini juga dibiayai oleh sumbangan masyarakat Islam, Kristen, Buddha dan Hindu.

Aarsitektur bangunan masjid ini menampilkan kombinasi gaya tradisional dan modern, dibuat oleh tiga orang arsitek dari Inggris bernama Howard Ashley dan arsitek dari Malaysia bernama Hisham Albakri dan Baharuddin Kassim. Mereka mengambil inspirasi arsitektur dari masjid negara di India, Pakistan, Iran, Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Spanyol.

Desain eksterior dan interior masjid ini mencerminkan budaya Islam Melayu yang kental tetapi tetap mencerminkan kemajuan. Berbagai sisi masjid dilapisi dengan ukiran-ukiran geometris. Dari atas, tampak kubah besar sangat menonjol dikelilingi kubah-kubah kecil bercorak mozaik seolah seperti gugusan bintang-bintang. Pada bagian atap, konon terdapat 16 bagian titik, yang melambangkan 11 jumlah negara bagian Malaysia, dan 5 yang melambangkan jumlah rukun Islam. Menara utama masjid setinggi 73 m berbentuk bintang.

Namun, keseluruhan Masjid Negara Malaysia tidak kurang menampilkan unsur-unsur budaya tradisional Melayu yang dipandu dengan gaya kontemporer. Pada hampir seluruh dinding bangunan ini semuanya dilapisi ukiran-ukiran ornamen geometris, sehingga membuat penampilan dinding masjid ini seperti anyaman bambu yang eksotik, sama halnya rumah tradisional Melayu, tetapi tetap menampilkan kemegahannya.

Dekat dari lokasi Masjid Nasional tersebut, kita juga bisa mengunjungi pusat kebudayaan Islam Melayu, antara lain Museum Seni Islam Internasional, yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan Islam Melayu yang telah berlangsung lama di wilayah Malaysia, sejak Kerajaan Melaka. Bahkan sejarahnya tersambung dengan sejarah Kerajaan Islam di Indonesia, sepeti Kerajaan Demak, Kerajaan Aceh, Kerajaan Siak, yang beberapa jejak peninggalannya seperti mushaf al-Quran, baju adat kerajaan, atribut persenjataan, masih tersimpan di museum ini.   

Sebagaimana Masjid Negara memiliki pegawai resmi sebagai Imam Besar yang membina dan memimpin peribadatan, sejak tahun 2020, masjid Negara Malaysia dipimpin oleh Imam Besar bernama Ehsan Mohd Hosni (2020-sekarang), seorang ahli agama lulusan dari Al-Azhar University.

Kini, bangunan Masjid Negara Malaysia itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan, tetapi juga fungsi pengkajian dan dakwah Islam, termasuk dakwah ekonomi dengan memberikan bantuan ekonomi bagi warga yang membutuhkan. Mereka mengangkat visi “Masjid Negara sebagai Pusat Dakwah Terunggul Negara”.

Selain dakwah, sebagai Masjid Negara, masjid ini juga banyak menjadi pusat destinasi wisata rohani. Wisatawan berasal dari berbagai latar belakang, baik muslim maupun non-muslim. Selain itu, banyak delegasi resmi dari negara-negara lain yang juga menyempatkan berkunjung ke masjid nasional kebanggaan warga negeri Jiran ini.

Perkembangan informasi tentang kegiatan di Masjid Negara dapat diperoleh melalui website resmi Masjid Negara: https://masjidnegara.gov.my/ms/

Muhammad Nur Prabowo Setyabudi, merupakan peneliti agama di Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN

One thought on “Masjid Nasional Malaysia: Simbol Persatuan dan Kerukunan di Negeri Jiran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *