Kitab Taju Salatin di Museum IAMM Malaysia

Tidarislam.co- Sepanjang Mei hingga Juni 2025 ini, museum Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM) kembali menyelenggarakan pameran yang mengangkat tajuk “Kejayaan Peradaban Islam Dunia Melayu dan Dunia Islam”. Islamic Arts Museum Malaysia adalah museum terbesar di Asia Tenggara saat ini, yang terletak di Kuala Lumpur Malaysia, dekat Masjid Negara. Museum ini menyimpan lebih dari 7.000 koleksi artefak Islam dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia, seperti al-Quran kuno, keramik, teksil, model arsitektur masjid-masjid terkenal di dunia.

Salah satu yang menjadi icon pameran kali ini adalah koleksi manuskrip asli peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam, yaitu Kitab Taju Salatin atau Taj as-Salatin. Selain manuskrip, pameran kali ini juga menampilkan puluhan mushaf al-Qur’an kuno yang berasal dari Aceh, yang memperlihatkan corak iluminasi khas: dominasi warna emas, biru tua, dan merah marun, dengan ragam hias flora simetris nan anggun. Gaya ini telah lama dikenal dalam dunia filologi sebagai identitas kuat mushaf-mushaf Nusantara dari Aceh, yang menandakan adanya pusat penyalinan al-Qur’an yang sangat maju di masa lampau.

Baca juga: Mengenal Manuskrip al-Quran Tertua 

Kitab Taj as-Salatin

Kitab Taj as-Salatin sendiri, yang artinya Kitab Mahkota Raja-Raja, menjadi bukti kejayaan kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-16-17. Kitab yang menjadi salah satu kebanggakan dunia Islam Melayu ini ditulis oleh seorang ulama bernama Bukhari al-Jauhari sebagai hadiah kepada Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh yang berkuasa pada tahun 1589-1604. Tujuannya memberikan pedoman bagi raja dan pemimpin dalam menjalankan pemerintahan. Sultan Alauddin Riayat Syah dikenal sebagai raja yang memiliki ketertarikan pada dunia tasawuf.

Kitab ini dinamakan Taj as-Salatin karena memang menghimpun informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan bagi kepemimpinan seorang sultan atau raja. Kitab yang mirip sebelumnya pernah ditulis oleh Nuruddin al-Raniri berjudul Bustan as-Salatin, yang juga berisi tentang topik politik pemerintahan. Kitab ini telah disalin hampir 100 eksemplar, dan tersimpan di berbagai museum dan perpustakaan di seluruh dunia.

Dalam kitab Taj as-Salatin yang terdiri dari 25 bab atau fasal ini termuat ajaran-ajaran Islam tentang etika politik, pemerintahan, dan nasihat-nasihat bagi para raja dan pemimpin. Juga membicarakan struktur politik dan kenegaraan, khususnya pada kerajaan-kerajaan Islam. Kitab ini ditulis dengan judul Arab, struktur Parsi, ditulis dengan bahasa Melayu, dan proses penulisan dilakukan di Aceh.

Baca juga: Denyut Islam Melayu di Kota Kinabalu

Gambar 1. Gambar salah satu manuskrip kitab Taj as-Salatin yang disalin oleh Muhammad bin Umar Syaikh Farid pada 4 Zulhijjah 1249 (31 Juli 1824).

Kriteria Keutamaan Pemimpin

Menurut Abdul Hadi WM, kitab ini dikategorikan sebagai kitab adab atau sastra Islami. Penulisnya, yang pernah bermukim di Johor Semenanjung Malaya, menguasai kasusastraan Persia dan Arab. Abdul Hadi menjelaskan, bahwa menurut Bukhari al-Jauhari, seorang pemimpin harus memiliki kriteria keutamaan yang dibutuhkan untuk sebuah kepemimpinan yang kuat, di antaranya al-hifdu, atau daya ingat yang kuat, al-fahmu, atau pemahaman yang benar, al-fikr, atau pikiran yang tajam, al-iradat, atau kehendak kuat, artinya kehendak untuk memakmurkan rakyat, dan al-nur, atau cahaya, maksudnya seorang raja harus menerangi negerinya dengan sifat-sifat welas asihnya. Ia juga harus bersifat murah hati, cermat atau teliti, dan mengambil kebijakan dengan tata cara musyawarah dan mufakat, tidak dengan cara sewenang-wenang.

Baca juga: Masjid Nasional Malaysia simbol Persatuan

Nilai Sufistis

Selain perkara kepemimpinan, Bukhari al-Jauhari juga menyampaikan tentang dasar-dasar tasawuf yang sangat penting untuk melandasi kepemimpinan. Menurutnya, dunia ini laksana pasar bagi kehidupan yang akan datang. Ia mengingatkan bahwa dunia bersifat sementara saja. Ketika kita menjalani kehidupan di dunia ini diibaratkan seperti orang yang sedang berdagang, mengumpulkan keuntungan untuk bekal perjalanan panjang setelah mati.

Oleh karena itu, seorang pemimpin semestinya menyadari bahwa kekuasaan di dunia tidaklah kekal. Cepat atau lambat, kekuasaannya akan sirna, karena setiap manusia pada akhirnya akan mati jua. Hikmahnya adalah, pemimpin tidak boleh bersikap lalim dan sewenang-wenang terhadap rakyat yang dipimpinnya. Kebijakannya harus dipertimbangkan berdasarkan al-Quran dan sunnah Nabi.

Kitab Taj as-Salatin merupakan kitab terakhir yang ditulis oleh Bukhari. Selain menonjol dalam aspek pengaruh budaya Melayu, kitab ini juga menonjol dengan kekayaan literatur, karena Bukhari menulis dengan mengutip hampir 50 karya-karya ulama besar dalam bidang politik pada masanya.

Oleh karena itu, selain dikategorikan sebagai kitab adab islami atau sastra Islam, kitab tasawuf, kitab ini dapat juga dikategorikan sebagai kitab bidang filsafat politik, yang menunjukkan hubungan yang kuat antara keulamaan dan kekuasaan atau kepemimpinan di budaya Islam Melayu. Ini menunjukkan bahwa budaya Islam Melayu sesungguhnya menyimpan tradisi filsafat politik Islam bercorak budaya Melayu yang tak kalah dengan perbendaharaan peradaban yang lain.

Tidarislam.co

Baca juga: Pameran Sejarah Kopi di Museum IAAM

 

SUASANA MUSEUM

Gambar 2 Pemandangan Museum dari Lantai Atas

Gambar 3. Kubah Museum IIAM

Gambar 4. Koleksi IIAM berupa pernak-pernik peninggalan Kesultanan Islam Melayu

Gambar 5. Salah satu koleksi peninggalan kesultanan Melayu berupa peralatan militer.

Gambar 6. Koleksi manuskrip peninggalan kerajaan Aceh pada pameran 2025.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *