Tidarislam.co – Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim, penulis 450 buku tentang beberapa topik penting diantara fokus pada filsafat dan kedokteran. Banyak yang menganggapnya sebagai “Father of Doctor”, ”Bapak kedokteran Dunia” dan Bapak kedokteran modern”. Salah satu tokoh (George Sarton) menyebut Ibnu Sina sebagai salah satu ilmuwan paling terkenal dalam Islam di bidang apapun, dimanapun, dan kapanpun. Karyanya yang paling terkenal adalah “The Book of Healing” dan “The Canon of Medicine” juga dikenal sebgai “Qanun”. Buku ini telah digunakan sebagai panduan dan referensi oleh dokter di seluruh dunia selama berabad-abad. Ibnu Sina juga menulis tentang permasalahan penyakit dan pengobatannya, serta obat-obatan yang diperlukan terkait dengan penyakit tersebut, dalam bukunya yang berjudul Asy-Syifa. Buku ini terdiri dari 18 jilid dan berisi berbagai jenis ilmu pengetahuan.
Ibnu Sina mendapat gelar Fisikawan pada usia 18 tahun dan juga orang pertama yang menggambar dan mendeskripsikan anatomi lengkap tubuh manusia. Dari sini ia sampai pada kesimpulan bahwa seluruh bagian tubuh manusia, mulai dari ujung rambut hingga ujung jari kaki, saling berhubungan. Ia adalah orang pertama yang menegaskan bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental saling berhubungan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, buku ini memperkenalkan komunitas medis pada apa yang sekarang disebut patologi dan farmakologi, yang telah menjadi bagian penting dalam dunia kedokteran.
Ibnu Sina dianggap sebagai pionir dalam pengobatan gangguan psikosomatik, karena ia mampu menangani kasus-kasus kompleks dengan keluhan fisik yang signifikan namun tidak ada kelainan fisik. Saat itu keponakan Raja Qabus sedang sakit parah dan ibu Ibnu Sina dipanggil untuk mengobatinya. Setelah melakukan riwayat kesehatan awal, ia mulai merasakan denyut nadi pasien. Menurut Ibnu Sina, ini adalah cara terpenting dalam menegakkan diagnosis. Ia terus menanyakan berbagai pertanyaan dan mengukur respon pasien dengan melihat denyut nadi pasien dan merasakan perubahan pada denyut nadi pasien ketika saya mulai menyebutkan nama-nama lingkungan, namun menjadi lebih jelas ketika saya menyebutkan nama-nama tempat tertentu. Kemudian ia menyebut sebuah jalan, dan denyut nadi pasien kembali meningkat. Ia kemudian menyebutkan nomor beberapa rumah di jalan tersebut. Ketika Ibnu Sina menyebutkan nomor rumah tertentu, denyut nadi pasien kembali bertambah cepat. Akhirnya dia menyebut nama keluarga di rumah itu, dan denyut nadinya semakin cepat saat dia menyebut nama gadis yang tinggal di rumah itu. Ibnu Sina menyimpulkan bahwa gadis inilah yang menjadi penyebab sakitnya keponakan Raja Qabus. Kemudian dia meminta raja memanggil gadis itu dan mengatur pertemuan khusus kedua orang tersebut. Begitu gadis itu muncul di depan pintu, pasien, yang pada awalnya tampak lemah, dengan gembira turun dari tempat tidur. Diagnosis Ibnu Sina ternyata benar. Terapi ini melibatkan mempertemukan dua sejoli. Kemudian pernikahan pun dilangsungkan dan mereka hidup bahagia.
Ibnu Sina tidak hanya ahli di bidang kedokteran, tetapi juga seorang filsuf. Salah satu ciri filsafat Ibnu Sina adalah penekanannya pada pengaruh pikiran terhadap tubuh. Kapanpun pikiran ingin tubuh bergerak, tubuh akan mengikuti. Pada tingkat berikutnya, pengaruh pikiran terhadap tubuh berbentuk emosi dan kemauan. Karena pengalaman medisnya, ia mampu memulihkan tubuhnya hanya dengan kekuatan dan kemauannya. Demikian pula, orang yang sehat bisa menjadi benar-benar sakit jika ia dipengaruhi oleh pemikiran tentang penyakit. Ibnu Sina memberi contoh. Jika sepotong kayu diletakkan di seberang jalan, secara alami orang dapat berjalan di atasnya. Namun, jika hutan dirancang sebagai jembatan dan terdapat jurang yang dalam di bawahnya, hampir pasti mustahil untuk melintasinya tanpa benar-benar terjatuh.
Ibnu sina membagi hubungan antara pikiran dan tubuh menjadi beberapa bagian. Pertama, ia meyakini manusia itu seperti cermin. Pikiran mempunyai kemampuan untuk merefleksikan pengetahuan karena semua orang menggunakan kecerdasan aktif sampai batas waktu tak tertentu. Dengan banyak refleksi, cermin manusia menjadi lebih halus dan terang, yang mengarah pada perolehan pengetahuan yang benar. Kedua, Ibnu Sina percaya bahwa pikiran mengendalikan tubuh, dan ada hubungan antara keduanya. Pikiran mengendalikan tubuh melalui emosi dan kemauan. Emosi yang kuat dapat menimbulkan (aktualisasi diri). Misalnya, jika seseorang yakin bahwa dirinya akan gagal, kemungkinan besar ia akan gagal dalam hidup. Perilaku tubuh mengarah pada keyakinan ini. Dia tidak pernah mencoba atau peduli. Sebaliknya, mereka cenderung malas dan sering stres. Situasi stres dapat menyebabkan masalah kesehatan dan fungsional. Ibnu Sina menyimpulkan bahwa pikiran mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan. Pikiran yang sehat akan menghasilkan kondisi fisik yang prima. Sebaliknya jika pikiran sedang sakit maka tubuh akan lebih mudah terserang penyakit. Pemikiran Ibnu Sina sangat mirip dengan temuan ilmiah Psikologi Modern mengenai pengaruh stres terhadap sistem kekebalan tubuh.
Ibnu Sina juga seorang ahli bedah. Ia melakukan operasi bedah komplekks, termasuk pengangkatan tumor kanker stadium awal, pembedahan kelenjar serviks dan trakea, pengangkatan borok dan kristalisasi paru-paru. Ia juga mengobati wasir menggunakan pengikatan. Penemuannya meluas ke penyakit saraf (neurasthenia). Beliau menjelaskan rincian reseksi dan tindakan pencegahan, serta mengajarkan metode bedah yaitu menyuntikkan anestesi di bawah kulit pasien untuk perawatan luka (disinfeksi). Beliau juga menyebutkan syarat penggunaan alat pendeteksi dan situasi yang harus diwaspadai saat menggunakannya. Selain itu, tentang konsep pentingnya tidur. Menurut Ibnu Sina, tidur merupakan bentuk istirahat paling ideal, baik fisik maupun mental. Kurang tidur menyebabkan kekurangan energi dan penurunan kekuatan mental. Berkenaan dengan kesehatan mental, hal ini juga berkaitan dengan kerangka filosofis Ibnu Sina tentang tubuh dan jiwa, yang menyatakan bahwa kualitas mental dan fisik secara kualitatif merupakan bagian yang berbeda.
Ibnu Sina juga sangat profesional di bidang kedokteran gigi. Dia menjelaskan secara detail menggunakan rumus gigi berlubang yang menakjubkan. Dia mengatakan, “Tujuan pengobatan adalah membatasi asupan makanan dengan menghilangkan plak yang rusak dan melarutkan komponen penyebab kerusakan” Oleh karena itu, langkah pertama dalam merawat gigi adalah mempersiapkan gigi untuk menjaga keseimbangan. Pastikan gusi Anda selalu kosong. Cara menghilangkan komponen pada gigi berlubang. Kemudian diperkuat dengan tambalan yang mengandung komponen gigi yang sesuai untuk mengembalikan komponen gigi yang hilang hingga gigi berfungsi kembali.
“Tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan kecuali kemalasan. Tak ada obat yang tak berguna selain kurangnya pengetahuan”. Demikian Ibnu Sina (Avicenna), “Father of Doctors”
* Lailaturrohmah adalah mahasiswa semester 6 UIN Raden Mas Said Surakarta
