BookTok & Literasi: Bagaimana TikTok Mengubah Cara Gen Z di Indonesia Membaca

Oleh: Naila Salma Nor Halisa

Apakah membaca masih relevan untuk generasi yang dibesarkan oleh layar ponsel dan perkembangan teknologi yang kian deras ini? Jawabannya adalah sangat relevan, kuncinya adalah BookTok, suatu komunitas di platform digital TikTok yang berfokus pada buku dan literasi. Di Indonesia ini, tagar seperti #BookTok dan #SerunyaMembaca telah menjelma menjadi magnet baru bagi kaum muda-mudi yang tertarik dan suka membaca buku, namun melalui cara yang lebih modern dan interaktif.

BookTok merupakan fenomena bagian dari TikTok yang membahas mengenai buku. Pembahasan ini berisi review, rekomendasi, hingga ekspresi emosi yang disajikan para pembaca buku melalui konten dalam bentuk video ataupun slideshow berdurasi singkat yaitu antara 15-60 detik. BookTok sendiri telah menjadi fenomena digital TikTok global maupun lokal yang sudah melonjak terutama saat pandemi covid-19 lalu. Di Indonesia, sejak peluncuran #SerunyaMembaca pada tahun 2022 lalu, disertai dengan dukungan dari pihak TikTok Indonesia, tagar ini telah menghasilkan lebih dari 350 ribu unggahan lokal Indonesia, sementara #BookTok secara global mencapai lebih dari 59 juta unggahan. Hal ini membuktikan bahwa BookTok lebih dari sekadar kegiatan review buku, namun dapat mendorong interaksi kreatif dan menciptakan ruang literasi yang insentif dan fresh untuk para generasi digital, baik lokal maupun global (Dera et al., 2023).

Ketertarikan Gen-Z Terhadap BookTok Melalui Laman Digital

Alasan Gen-Z sangat tertarik dengan fenomena BookTok adalah karena platform ini tidak hanya menawarkan rekomendasi buku secara luas, cepat, dan beragam, tetapi juga membangun komunitas literasi yang dinamis, estetis, dan membuka ruang perubahan yang positif. Di BookTok, pengguna dari kalangan muda-mudi didominasi perempuan berusia 17-25 tahun yang berbagi reaksi nyata terhadap buku, dari tangisan hingga tawa, yang membuat narasi terasa lebih personal dan relatable. Sekitar 59% remaja dan dewasa muda mengaku BookTok memantik kembali semangat membaca mereka, sementara lebih dari 55% yang mengandalkan platform ini untuk mencari rekomendasi bacaan. Tak hanya itu, BookTok terbukti berhasil mempopulerkan genre buku bacaan seperti fantasi romantis yang akhirnya berdampak positif terhadap upselling buku lama ke rak bestseller sampai ke toko fisik.

Lebih dari sekedar kanal review, BookTok mengubah cara membaca menjadi bentuk ekspresi identitas, gaya hidup, dan tren bagi Gen-Z, mereka cenderung mengkurasi rak buku dengan estetika visual yang menarik untuk dipamerkan di media sosial. BookTok menciptakan tekanan sosial terselubung terhadap buku yang dipilih dimana sering kali dipengaruhi oleh popularitas algoritmik, alih-alih merupakan selera pribadi. BookTok juga dikenal karena reaksi dramatis seperti tertawa, menangis, atau shock terhadap plot twist. Beberapa kreator menyajikan “reaksi mendalam” yang membuat kontennya sangat relatable.

Baca juga: Pendidikan Literasi: Strategi Efektif Meningkatkan Literasi Anak Gen Alpha di Era Disrupsi Teknologi

Bagi Gen-Z, visual aesthetic melalui format cepat TikTok menyisakan ruang untuk estetika mereka, seperti konten rak buku warna-warni, unboxing, hingga mini-vlog hunting buku yang dikemas visualnya secara menarik. Format pendek dengan narasi langsung ke inti memudahkan Gen-Z yang mempunyai rentang perhatian pendek untuk menyerap konten literasi tanpa merasa berat dan membosankan. Bagi Gen-Z sendiri, hal ini menjadi cara yang relevan, sosial, dan modern untuk mencintai literasi di era digital saat ini.

Dampak Nyata BookTok di Indonesia

Survei global menunjukkan 59% dari usia 17-25 tahun merasa bahwa BookTok membantu menemukan passion baca dan 68% merasa terdorong membaca buku, terutama buku baru karena rekomendasi TikTok. Di Indonesia, 84,7% Gen-Z mengaku gemar membaca, dengan lebih dari 73% lebih memilih buku fisik karena kenyamanan, konsentrasi, dan sensasi klasik saat membaca. Fenomena BookTok di Indonesia telah menunjukkan pengaruh nyata terhadap budaya membaca dan industri perbukuan. Tagar global #BookTok telah mencapai lebih dari 59 juta unggahan, sementara versi lokal #SerunyaMembaca telah digunakan lebih dari 350 ribu kali oleh pengguna TikTok Indonesia. Toko-toko buku, baik besar maupun kecil, merespons dengan menyiapkan rak buku khusus berisi buku-buku yang viral di platform tersebut, langkah ini berhasil meningkatkan penjualan judul-judul lama maupun baru.

Selain itu, inisatif seperti komunitas “Torang Baca” di Jayapura juga tumbuh, ketika kreator lokal menggunakan video untuk mengajak teman-teman membaca bersama dan berbagi pengalaman secara kolektif dan menyenangkan. TikTok pun memfasilitasi hubungan langsung antara penulis dan pembaca, misalnya munculnya review emosional yang memicu meningkatnya pembelian spontan di toko buku fisik. Secara keseluruhan, BookTok telah berhasil menjadikan membaca lebih interaktif dan menyenangkan, mengubah buku dari barang pasif menjadi bagian dari budaya virtual yang hidup di Indonesia.

Kelebihan dan Tantangan BookTok

Fenomena BookTok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Gen-Z, ini menciptakan ruang pemetaan yang membagi diantara kelebihan dan tantangan BookTok itu sendiri. Diantara kelebihan dari BookTok yang cukup signifikan adalah mendorong budaya membaca, terutama di kalangan generasi muda atau Gen-Z. Platform ini memudahkan pengguna untuk menemukan rekomendasi buku secara cepat dan menarik melalui video singkat yang kreatif dengan visual yang mendukung. Hal ini membantu meningkatkan minat baca, bahkan terhadap buku-buku yang sebelumnya tidak populer. Banyak penulis lokal dan buku lama kembali diminati setelah viral di TikTok, dan toko-toko buku kini menyediakan rak khusus untuk buku-buku yang ramai dibahas di BookTok.

Di balik dampak positif yang ditorehkan, BookTok juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah dominasi genre tertentu seperti romance dan fantasi, yang membuat genre lain kurang diminati. Selain itu, algoritma TikTok  cenderung memperkuat tren yang sudah dan sedang popular, sehingga karya-karya yang sebenarnya bermutu dan berkualitas menjadi kurang viral dan sulit mendapat perhatian. Ada juga kekhawatiran bahwa aktivitas membaca bisa berubah menjadi sekadar tren visual, bukan proses mendalam dalam memahami isi buku.

BookTok Sebagai Gerakan Literasi Gen-Z

BookTok telah menunjukkan dan menegaskan sebagai gerakan literasi, artinya lebih dari sekadar tren media sosial. BookTok telah tumbuh menjadi gerakan literasi yang kuat di kalangan Gen-Z Indonesia, mengubah cara mereka mendekati dunia buku. Platform ini tidak hanya menjadi tempat berbagi rekomendasi lewat video singkat, tetapi juga memicu munculnya komunitas membaca nyata, serta tagar seperti #BookTok dan #SerunyaMembaca yang menyatukan pelajar, mahasiswa, dan pembaca muda dalam ekosistem literasi digital, menghubungkan mereka dengan penulis, penerbit, dan pembaca lain melalui konten yang inspiratif dan interaktif.

Beberapa gerakan ini mendorong para pembaca Gen-Z untuk melihat bahwa membaca bukan hanya sebagai tugas akademik, tetapi sebagai aktivitas sosial dan ekspresi identitas dalam menyalurkan emosi, selera, dan estetika melalui keadaan personal yang disajikan dalam laman digital. Dengan demikian, BookTok telah berevolusi dari tren media sosial menjadi gerakan literasi yang memadukan edukasi, hiburan, dan komunitas dalam memberi ruang inklusif dan relevan bagi Gen-Z untuk menghidupkan kembali budaya membaca di era digital.

Kesimpulan

BookTok ternyata bukan hanya tren sesaat, platform ini telah menjadi semacam gerakan literasi Gen-Z di Indonesia. Lewat tagar seperti #BookTok dan #SerunyaMembaca, TikTok berhasil menyatukan ribuan anak muda untuk saling merekomendasi, review, hingga ngobrol santai soal buku secara online, bukan hanya untuk konten, tetapi juga menumbuhkan komunitas pembaca yang solid. Dengan format video pendek yang kreatif dan mudah diikuti, buku-buku baru maupun lama bisa kembali naik daun, bahkan membuat rak viral di toko-toko buku lokal, dan membuat penulis semakin mudah ditemukan oleh berbagai audiens. Di sisi lain, efek cepat dan visual BookTok datang dengan tantangan yang dapat mendominasi fokus ke genre populer sehingga dapat membuat bacaan lain kurang menarik, dan gaya review yang emosional kadang menutupi analisis mendalam. Jika tidak bijak dalam memilah, BookTok dapat berdampak negatif.

Namun, jika dijalankan seimbang, dengan memanfaatkan daya tarik visualnya tanpa mengabaikan keberagaman genre dan kedalaman isi, BookTok memiliki potensi besar untuk memperluas budaya membaca Gen-Z. Pada intinya, TikTok tidak hanya membuat membaca menjadi lebih keren, tetapi juga membuka jalan untuk bacaan yang lebih luas dan bermakna di era digital.

Referensi

Astuti Dwi, R. (2025). BookTok, Tren di Kalangan Gen-Z untuk Tingkatkan Literasi Lewat TikTok. Diakses pada 3 Juli 2025, dari https://www.popline.id/trend/751154394/booktok-tren-di-kalangan-gen-z-untuk-tingkatkan-literasi-lewat-tiktok?

Dera, J., Brouwer, S., & Welling, A. (2023). BookTok’s appeal on ninth-grade students: An inquiry into students’ responses on a social media revelation. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 67(1), 1-5.

Faisal, A. (2025, 20 Mei). #BookTok dan #SerunyaMembaca jadi magnet TikTok bagi pembaca buku. Diakses pada 3 Juli 2025, dari https://www.antaranews.com/berita/4845213/booktok-dan-serunyamembaca-jadi-magnet-tiktok-bagi-pembaca-buku?utm_source=chatgpt.com

Herdiani Khairunissa, R. (2021, 11 Desember). BookTok: “Surga” Bagi Pecinta Buku di Tiktok. Diakses pada 3 Juli 2025, dari sssshttps://digitalsociety.id/2021/12/11/booktok-surga-bagi-pecinta-buku-di-tiktok/6660/

Kendra, A. (2024, 11 Desember). Komunitas BookTok Peluntur Sastra?. Diakses pada 3 Juli 2025, dari https://kumparan.com/aldira-kendra/komunitas-booktok-peluntur-sastra-2450eIH3sBs?ref=login

Maddox, J., & Gill, F. (2023). Assembling “Slides” of TikTok: Examining Community, Culture, and Interface through a BookTok Case Study. Journal of Sagepub, 9(4), 1.

Sukamto, J. (2022, 27 April). #BookTok, Tren yang Mengubah Cara Kita Memandang Buku. Diakses pada 3 Juli 2025, dari https://www.whiteboardjournal.com/ideas/human-interest/booktok-tren-yang-mengubah-cara-kita-memandang-buku/

Naila Salma Nor Halisa, merupakan mahasiswa Program Studi Akuntansi 2024, Fakultas Ekonomi, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta

Baca juga: Banjir Informasi, Krisis Literasi: Generasi Muda dan Tantangan Membaca dalam Bermedia Sosial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *