Biografi Intelektual Prof. Simuh

Oleh: Rohmatul Izad

Tidarislam.co – Nama lengkapnya Prof. Dr. Simuh. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 3 Juni 1933 M. Merupakan anak kedua dari pasangan Supoyo dan Fatonah, tepatnya setelah lima tahun diproklamasikannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Simuh dilahirkan dari seorang petani kecil yang taat beribadah dan selalu tabah dalam menjalani kehidupannya, tepatnya di kawasan kaki Gunung Merapi KM 10 sebelah Utara Yogyakarta.

Simuh kecil yang belum dapat mengenal wajah ibunya harus ditinggalkan ibunya untuk selama-lamanya. Setelah ditinggal wafat ibunya, Simuh harus menerima kenyataan, bahwa peran ibu di masa kanak-kanak yang sangat dibutuhkan harus digantikan oleh seorang ibu tiri. Menurut penuturan Simuh, “Ibu kami meninggal sewaktu adik perempuan kami baru berusia 1 tahun, saya tidak dapat membayangkan bagaimana wajah ibu kami yang tercinta itu. Mungkin kakak perempuan kami yang mengenalnya, kami ingat dia menangis keras-keras sewaktu ibu kami meninggal”.

Simuh memulai pendidikan formalnya di SR (Sekolah Rakyat) di kampung tempat kelahirannya dan lulus tahun 1945. Setelah lulus, Simuh melanjutkan sekolah SMP yang pada waktu itu disebut MULO dan lulus tahun 1905, kemudian melanjutkan sekolah SMA di kota baru Yogyakarta lulus 1953.

Pada tahun 1963 Simuh lulus dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga sesudah berhasil mempertahankan skripsi yang mengkritik gagasan al-Ghazali dalam kitabnya al-Munqidz min al-Dlolal. Sejak itu pula Simuh dianggap menjadi asisten dalam ilmu tasawuf di Fakultas Ushuluddin di samping sebagai Kepala Bagian Perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Menteri Agama, Nasaruddin Umar

Pada tahun 1981 Simuh mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Canberra University Australia sampai menyelesaikan program doktornya dengan menulis disertasi tenang mistik Jawa dalam pemikiran Raden Ngabehi Ronggowarsito. Penunjukkan Simuh sebagai pengampu mata kuliah oleh Prof. Mukti Ali yang pada waktu itu menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, karena dosen pengampu mata kuliah tasawuf sedang berhalangan, maka dipanggilah Simuh untuk mengampu mata kuliah tersebut karena melihat skripsi yang ditulis oleh Simuh.

Setelah menjadi dosen pengganti, Simuh akhirnya menjadi dosen tetap di Fakultas Ushuluddin sampai akhir hayatnya. Pengabdian Simuh di almamaternya dilalui dengan memangku jabatan di antaranya: pada tahun 1972-1976 sebagai Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin, kemudian pada tahun 1978 menjadi dosen tetap pada Fakultas Ushuluddin dengan mata kuliah Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam. Selanjutnya pada tahun 1980-1984 sebagai Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat.

Jabatan tertinggi Simuh di Fakultas Ushuluddin adalah menjadi Dekan pada tahun 1984-1992 selama dua periode. Karena prestasinya yang bagus, karir Simuh berjalan mulus dan tepat pada tahun 1992 Simuh diangkat menjadi Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sampai tahun 1995. Karena dianggap cukup mampu membawa perubahan di IAIN Yogyakarta ke arah yang lebih bagus maka Simuh diangkat lagi sebagai Rektor yang kedua kalinya pada periode 1995-1998.

Selama menjabat sebagai Rektor, Simuh dikenal sebagai sosok yang mengembangkan dan menjunjung tinggi kebebasan akademik secara bertanggungjawab. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Pembina Utama Pemuda, sedangkan jabatan akademik terakhir yang disandangnya adalah Guru Besar Madya.

Aktivitas intelektual Simuh hampir semuanya dicurahkan di dalam kampus. Karena tugas-tugas yang berat memimpin sebuah lembaga akademik sehingga aktivitas di luar kampus memang nampaknya tidak terlalu kelihatan. Dia dikenal sebagai aktivis ormas Muhammadiyah sekaligus sebagai pemikir di dalamnya. Jabatan di Muhammadiyah Simuh adalah sebagai Dewan Pakar di Yogyakarta dan di tingkat pusat.

Sebagai salah seorang cendekiawan muslim yang berhasil menempuh pendidikan di dalam maupun luar negeri, sosok Simuh termasuk sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya ilmiah, baik dalam bentuk paper, text book, laporan penelitian, makalah yang diseminarkan, tulisan artikel, dan juga banyak sekali menulis kata pengantar dalam beberapa buku karya penulis lain. Meskipun sebagian besar karya-karya tulis tersebut mengangkat berbagai pemikirannya sendiri tentang keislaman terutama sufisme dan mistik Jawa. Namun sebagai seorang pemikir, Simuh tidak hanya berkutat pada tema-tema tasawuf semata. Berbagai hal disoroti seperti isu globalisasi, moralitas, pendidikan, filsafat, kebudayaan, serta berbagai masalah kontemporer lainnya.

Selama hidupnya, Simuh memang memiliki kesibukan yang luar biasa selama memangku jabatan akademik di IAIN Yogyakarta. Selain mengajar, beliau juga sering mengisi seminar dan diskusi. Hal ini tak lepas dari ketokohannya yang menyandang spesialisasi di bidang tasawuf, khususnya sufisme dan Islam kejawen.

Baca juga: Moeslim Abdurrahman, Penggagas Islam Transformatif

Keseriusan Simuh dalam dunia mistik Islam dan kejawen dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang dilakukan dan juga buku-buku yang ditulis. Adapun beberapa karya ilmiah monumental yang mewakili gagasan besar pemikiran Simuh tentang sufisme adalah Buku pidato pengukuhan Guru Besar dengan judul Perkembangan Aspek Akidah dalam Sufisme dan Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam.

Lebih jelasnya, beberapa buku-buku karya Simuh yang telah diterbitkan di antaranya sebagai berikut:

  1. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, diterbitkan Penerbit UI-Press Jakarta tahun 1998.
  2. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, diterbitkan oleh Penerbit IRCiSoD Yogyakarta tahun 2019.
  3. Pergolakan Pemikiran dalam Islam, diterbitkan oleh Penerbit IRCiSoD Yogyakarta tahun 2019.
  4. Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, diterbitkan oleh Penerbit Narasi Yogyakarta tahun 2018.
  5. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, diterbitkan oleh Penerbit Mizan Bandung tahun 2003.
  6. Tasawuf dan Krisis, diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pelajar tahun 2000.
  7. Sastra dan Budaya Islam Nusantara Dialektika Antarsistem Nilai, diterbitkan oleh Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1998.

Bila melihat karya-karyanya di atas, Simuh tampak bukan saja seorang ilmuwan yang konsen di bidang filsafat dan tasawuf. Lebih dari itu, beliau adalah seorang pelaku sufi yang memiliki ketertarikan sangat mendalam di dunia mistik Islam. Gaya hidup sederhana dan sangat bersahaja menjadi contoh kecil bagaimana ia mengamalkan laku spritual dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *