Fatimah al-Aqra: Kaligrafer Perempuan dalam Pentas Khazanah Seni Islam

Oleh: Rasyida Rifa’ati Husna

Tidarislam.co- Fatimah al-Aqra, putri dari Hasan al-Aqra merupakan seorang kaligrafer atau khattah yang terkenal sangat teliti dan indah tulisannya. Ia berasal dari Baghdad dan hidup di masa dinasti Abbasyiah.

Riwayat menyebutkan bahwa masa hidup seniman kaligrafer perempuan tersebut setidaknya mencakup pemerintahan beberapa khalifah Abbasiyah. Di antaranya ialah Khalifah al-Qadir Billah (991-1031 M), al-Qaim bi Amrillah (1031-1075 M), dan Khalifah al-Muqtadi bi Amrillah (1075-1094 M).

Pada masa itu, kekhalifahan Abbasiyah berada dalam situasi politik yang kompleks. Hal tersebut, sebab pengaruh besar dari Dinasti Buwaihi (di awal abad ke-11) dan Dinasti Seljuk, yang mengendalikan urusan pemerintahan meskipun khalifah tetap menjadi simbol kekuasaan Islam.

Fatimah dan Kaidah Tulisannya

Fatimah al-Aqra mengikuti kaidah mansub yang telah dibuat oleh Ibn al-Bawwab. Seorang maestro seni kaligrafi yang hampir semua kaligrafer dan sejarawan mengakui ketokohan Ibnu al-Bawwab. Dikatakan bahwa ia merupakan kaligrafer terbaik yang belum pernah ada sebelum dan sesudahnya yang sepertinya. Kebetulan guru kaligrafi Fatimah adalah murid dari sang maestro. Adaptasi gaya mansub oleh Fatimah ini kemudian banyak ditiru berbagai kaligrafer lainnya.

Dipercaya Menjadi Sekretaris Istana

Keindahan tulisan tangan Fatimah binti al-Aqra tidak hanya memiliki nilai artistik, namun juga memiliki status resmi dan prestisius. Oleh karena itu, pihak kekhalifahan juga mempercayakan dirinya untuk menjadi sekretaris istana.

Sebagaimana riwayat Abu Bakar Muhammad al-Bazzar dalam kitab Syadzarat adz-Dzahab fi Akhbari man Dzahab, Fatimah pernah bekerja pada Wazir Muhamad ibn Mansur al-Kundari, penasihat Tughril Beg yang menjadi penguasa Dinasti Seljuk. Keindahan tulisan tangan Fatimah sangat dihargai. Dia mendapat hadiah dari al-Kundari, uang 1.000 dinar setelah menuliskan sebuah surat.

Baca juga: Kaligrafi dan Seni Islam sebagai Harmonisasi Agama dan Budaya

Fatimah al-Aqra juga pernah diberi tugas oleh Khalifah al-Muqtadir dari Dinasti Abbasiyah untuk menuliskan naskah perjanjian damai kepada penguasa Romawi (Bizantium) atas nama kekhalifahan Abbasiyah.

Ulama dan sejarawan Ibn Qayyim al-Jawzi sangat mengagumi hasil goresan tangan kaligrafer perempuan tersebut. Beliau berkata, “Tulisannya sangat-sangat indah. Dia biasa menulis dengan gaya Ibn al-Bawwab. Banyak orang belajar menulis padanya.” Sehingga karya Fatimah menjadi perumpamaan sebuah keindahan hingga disalin banyak orang pada masa itu.

Ulama Perempuan yang Turut Meriwayatkan Hadis

Meskipun Fatimah telah dipercaya di lingkungan istana, namun kesibukannya tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap belajar dan memperdalam ilmu agama. Karena kesungguhannya, ia bahkan menjadi sumber riwayat bagi beberapa ulama perawi yang lain. Sebagaimana tersebut dalam kitab Mu’jam al-Udaba’ Irsyad al- Arib ila Ma’rifat al-Adib.

Dari Abul Barakat Abdul Wahhab bin al-Mubarak bin Ahmad al-Hafizh dengan hasil bacaanku kepadanya, dari Fatimah binti al-Hasan al-Aqra, dari Abu Umar Abdul Wahid bin Muhammad bin Abdillah bin Mahdi al-Farisi, dari Abu Abdillah al-Husain bin Ismail al-Mahamili, dari Abu Hisyam ar-Rifa’i, dari Ibnu Fudhail, dari al A’masy, dari Abdul Aziz bin Rafi’, dari Tamim bin Tharfah, dari ‘Ady bin Hatim r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيْنٍ فَرَأَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَلْيَأْتِ الَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ وَلْيُكَفِّرْ عَنْ يَمِيْنِهِ

Siapa saja yang bersumpah dengan suatu sumpah, kemudian melihat sesuatu yang lebih baik darinya, maka hendaklah ia melakukan yang lebih baik dan membayar kafarat atas sumpahnya.” Wallah a’lam.[]

Baca juga: Seni sebagai Dimensi Artistik Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *