Oleh: Nuur Afiifah
Tidarislam.co- Pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan manusia yang sering kali diabaikan. Di masyarakat, gangguan mental masih dianggap tabu dan sering dikaitkan dengan kelemahan pribadi atau kurangnya iman. Hal ini membuat banyak orang, terutama remaja, enggan untuk bercerita atau mencari bantuan. Padahal, masalah mental seperti stres, kecemasan, dan depresi membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.
Artikel ini mengajak pembaca untuk lebih peduli dan terbuka terhadap isu kesehatan mental. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam proses pemulihan. Dengan meningkatkan kesadaran, empati, dan keberanian untuk bicara, kita bisa menjadi suara dan harapan bagi mereka yang merasa terabaikan.
Di tengah kesibukan dan tekanan hidup, banyak orang lupa bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, di masyarakat kita, masalah kesehatan mental masih sering dianggap tabu. Orang yang merasa cemas, stres, atau depresi sering dipandang lemah, kurang bersyukur, atau hanya mencari perhatian. Padahal, masalah mental bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, pekerjaan, atau latar belakang.
Kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2022) “kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang bisa menyadari kemampuannya, bisa mengatasi tekanan hidup, bekerja dengan produktif, dan berkontribusi dalam lingkungan sekitarnya”. Ini menunjukkan bahwa kesehatan mental tidak hanya tentang bebas dari gangguan jiwa, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menjalani hidup dengan baik.
Namun, menurut penelitian dari Kemenkes RI (2021) “banyak orang di Indonesia masih menganggap masalah mental sebagai hal yang memalukan dan tabu. Akibatnya, orang-orang yang mengalami depresi, kecemasan, atau stres sering kali enggan untuk mencari bantuan karena mereka takut dianggap lemah atau tidak normal”.
Penelitian oleh Nurhadi (2020) juga menjelaskan bahwa “dukungan sosial dari keluarga, teman, dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan gangguan mental”. Orang yang mendapat dukungan, emosional cenderung lebih cepat pulih dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya.
Banyak orang memilih diam karena takut dihakimi atau tidak dimengerti. Mereka merasa sendirian dan tidak tahu harus bicara kepada siapa. Hal ini membuat kondisi mereka semakin memburuk.
Sudah saatnya kita membuka mata dan hati, bahwa kesehatan mental bukan hal yang memalukan. Justru, kita perlu saling mendukung dan menjadi suara bagi mereka yang tidak bisa menyuarakan perasaannya sendiri.
Metodologi
Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. Penelitian ini fokus pada bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesehatan mental, serta apa saja tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang mengalami gangguan mental. Penelitian ini menggunakan (1) studi literatur, yaitu membaca dan menganalisis berbagai sumber seperti artikel ilmiah, buku, jurnal, dan berita yang berkaitan dengan kesehatan mental; (2) Observasi media sosial, untuk melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap isu kesehatan mental di platform seperti Instagram dan TikTok. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif, dengan tujuan agar pembaca bisa memahami bahwa kesehatan mental adalah hal penting yang tidak boleh dianggap tabu. Penelitian ini juga bertujuan mendorong masyarakat agar lebih peduli dan terbuka terhadap isu-isu kesehatan mental.
Diskusi
Berdasarkan hasil studi literatur, ditemukan bahwa kesehatan mental masih sering dianggap sebagai hal yang memalukan atau tabu. Banyak orang masih beranggapan bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang lemah, kurang bersyukur, atau tidak kuat dalam menghadapi masalah. Hal ini membuat banyak penderita gangguan mental merasa takut untuk berbicara dan mencari bantuan.
Selain itu, hasil pengamatan di media sosial menunjukkan bahwa isu kesehatan mental mulai banyak dibicarakan oleh anak muda, terutama di platform seperti Instagram dan TikTok. Mereka mulai berani membagikan pengalaman dan mendukung satu sama lain. Ini menunjukkan adanya perubahan positif dalam cara generasi muda memandang kesehatan mental.
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa meskipun masih ada anggapan negatif tentang kesehatan mental, kesadaran masyarakat perlahan mulai meningkat. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi, dukungan sosial, dan ruang aman untuk membicarakan masalah mental agar tidak ada lagi orang yang merasa terabaikan.
Kesehatan mental adalah bagian penting dari kehidupan seseorang. Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap bahwa masalah mental seperti stres, depresi, dan kecemasan adalah hal yang memalukan. Mereka takut dianggap lemah atau berbeda jika mengungkapkan perasaannya. Karena itu, banyak orang memilih diam dan menyembunyikan kondisinya. Hal inilah yang menyebabkan banyak penderita gangguan mental merasa terabaikan dan tidak didengar.
Pentingnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental mulai meningkat, terutama di kalangan remaja. Banyak anak muda sekarang lebih terbuka membicarakan perasaan dan berani mencari bantuan, baik melalui media sosial maupun kepada orang-orang terdekat. Namun, dukungan dari lingkungan sekitar masih sangat dibutuhkan, terutama dari keluarga dan sekolah, agar mereka tidak merasa sendirian.
Pandangan masyarakat terhadap kesehatan mental juga perlu diubah. Gangguan mental bukanlah aib. Sama seperti sakit fisik, kesehatan mental juga bisa dirawat dan disembuhkan. Oleh karena itu, masyarakat harus mulai belajar untuk lebih peduli, tidak menghakimi, dan mendengarkan orang yang sedang mengalami masalah.
Dengan edukasi dan dukungan yang tepat, kita semua bisa menjadi bagian dari perubahan. Kita bisa menjadi suara bagi mereka yang selama ini merasa dilupakan. Sudah saatnya kesehatan mental tidak lagi dianggap tabu, tapi dilihat sebagai hal yang penting dan wajar untuk dibicarakan.
Nuur Afiifah, merupakan mahasiswa program studi akuntansi UNU Yogyakarta.