Seputar Haji (13): Wasiat Terakhir Nabi Muhammad SAW di Haji Wada’

Tidarislam.co- Momentum haji mengingatkan pada pesan-pesan profetik atau kenabian. Salah satu pesan yang sangat penting adalah pesan wasiat terakhir Nabi Muhammad SAW di musim haji pada akhir masa kenabian. Dalam sejarahnya, Rasulullah tinggal di Madinah selama 9 tahun. Pada tahun ke-10 setelah hijrah, diumumkan bahwa beliau akan menunaikan ibadah haji ke Makkah. Hal itu mengundang antusiasme umat Muslim saat itu untuk berhaji bersama Rasulullah. Nabi Muhammad SAW akhirnya melaksanakan haji pada tahun ke-10, atau bertepatan dengan tahun 632M, dan tak kurang dari 140.000 Muslim menyertai Rasullullah ke Makkah.

Haji tahun ke-10 itu mengundang tangis haru para sahabat, karena mereka menyadari seolah pesan dan komunikasi Nabi saat itu menjadi pertanda akhir hayat Rasulullah akan segera tiba, dan ini akan menjadi haji terakhir bersama Rasulullah. Benar saja, tiga bulan setelah peristiwa haji terakhir pada tahun ke-10 H itu, Rasulullah SAW kembali kepada keharibaan-Nya, sehingga kemudian haji terakhir itu disebut sebagai Haji Wada’ atau Haji Perpisahan.

Pada momentum haji terakhir tersebut, Rasulullah sempat menyampaikan beberapa pesan penting ketika berada di padang Arafah. Peristiwa itu bertepatan pada tanggal 9 Dzulhijjah saat hari tasyriq, dan saat-saat hari kurban, di sebuah lembah Namrah. Pesan-pesan Nabi pada haji terakhir ini sering disebut sebagai Khutbah Wada’ atau Khutbah Perpisahan, karena merupakan pesan pada haji terakhir Rasulullah.

Khutbah Wada’ yang disampaikan Rasulullah tercatat dalam dokumen-dokumen hadits, khususnya secara lebih lengkap dalam hadits Sunan Abu Dawud dan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Dalam riwayat-riwayat tersebut digambarkan bahwa keharuan meliputi suasana hari-hari terakhir bersama Rasulullah di tempat dan hari yang suci itu. Rasulullah seolah tahu bahwa momentum itu adalah haji akbar dan haji perpisahan. Beliau menyampaikan pidato sembari duduk di atas kendaraan beliau (Onta Qashwa). Selama menyampaikan khutbah itu, sesekali diiringi dengan diam, seolah ada rasa berat hati Nabi akan meninggalkan umatnya. Beliau menyelingi dengan berdialog dengan sahabat, meminta konfirmasi, dan kesemuanya menunjukkan suasana penuh haru.

Beliau juga berpesan agar pesan-pesan terakhirnya ini hendaknya disampaikan untuk mereka yang hadir maupun yang tidak hadir, baik yang dekat maupun yang jauh. Artinya, pesan ini sangat penting untuk umat Muslim di mana saja dan kapan saja. Pesan wasiat Nabi ini menggunakan pembuka “Wahai Manusia”, seolah menyeru tidak hanya untuk umat Islam saja, tetapi juga kepada seluruh umat manusia.

Baca juga: Seputar Haji (11): Surat Haji dalam al-Quran

Pesan Rasulullah pada Khutbah Perpisahan tersebut adalah sebagai berikut:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِسْمَعُوْا مِنِّي أُبَيِّنُ لَكُمْ، فَإِنِّيْ لَا أَدْرِيْ لَعَلِّيْ لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا، فِيْ مَوْقِفِيْ هَذَا

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلقَوْا رَبَّكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، أَلَا هَلْ بلغتُ، اَلَّلهُمَّ فَاشْهَدْ

فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانَةٌ، فَلْيُؤَدِّهَا إِلَى مَنْ اِئْتَمَنْهُ عَلَيْهَا

إِنَّ رِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوْعٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ رِبًا أَبْدَأُ بِهِ رِبَا عَمِي اَلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ، وَإِنَّ دِمَاءَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوْعَةٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٌ أَبْدَأُ بِهِ دَمُ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ بْنِ الْحَارِثِ، وَإِنَّ مَآثِرَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوْعَةٌ، غَيْرَ السِّدَانَةِ وَالسَّقَايَةِ، وَالْعَمْدُ قَوَدٌ, وَشِبْهُ الْعَمْدِ مَا قُتِلَ بِالْعَصَا وَالْحَجَرِ، وَفِيْهِ مِائَةُ بَعِيْرٍ، فَمَنْ زَادَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي أَرْضِكُمْ، وَلَكِنَّهُ قَدْ رَضِيَ أَنْ يُطَاعََ فِيْمَا سِوَى ذَلِكَ مِمَّا تَحْقَرُوْنَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ النَّسِيْءَ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ، وَإِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اِسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَإِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمْ: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ، وَوَاحِدٌ فَرْدٌ، أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ، اَلَّلهُمَّ فَاشْهَدْ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ لِنِسَائَكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا، وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ حَقٌّ؛ أَلَا يُوطِئنَ فُرُشَكُمْ غَيْرُكُمْ، وَلاَ يُدْخِلْنَ أَحَدًا تَكْرَهُوْنَهُ بُيُوْتَكُمْ إِلَّا بِإِذْنِكُمْ، وَلَا يَأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ، فَإِذَا فَعَلْنَ ذَلِكَ، فَإِنَّ اللهَ أَذِنَ لَكُمْ أَنْ تَهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ، وَتَضْرِبُوْهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنْ اِنْتَهِيْنَ وَأَطَعْنَكُمْ، فَعَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَإِنَّمَا النِّسَاءَ عَوَانٍ عِنْدَكُمْ. وَلَا يَمْلِكْنَ لِأَنْفُسِهِنَّ شَيْئًا، أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ وَاسْتَوْصَوْا بِهِنَّ خَيْرًا، أَلَا هَلْ بَلَغْتُ، اَلَّلهُمَّ فَاشْهَدْ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ، وَلَا يَحِلُّ لِاِمْرِئٍ مَالُ أَخِيْهِ إِلَّا عَنْ طِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ، أَلَا هَلْ بَلَغْتُ، اَلَّلهُمَّ فَاشْهَدْ، فَلَا تَرْجِعُوْا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، فَإِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضَلُّوْا بَعْدَهُ؛ كِتَابُ اللهِ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، كُلُّكُمْ لِآدَمَ، وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ، أَكْرَمُكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ، لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلَى عَجَمِيٌّ إِلَّا بِالتَّقْوَى، أَلَا هَلْ بَلَغْتُ، اَلَّلهُمَّ فَاشْهَدْ

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ قَدْ قَسَمَ لِكُلِّ وَارِثٍ نَصِيْبَهُ مِنْ الْمِيْرَاثِ، وَلَا تَجُوْزُ لِوَارِثٍ وَصِيَّةٌ، وَلَا تَجُوْزُ وَصِيَّةٌ فِي أَكْثَرَ مِنَ الثُُّلُثِ، وَالْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ، وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ، مَنْ اِدَّعَى لِغَيْرِ أَبِيْهِ، أَوْ تَوَلََّى غَيْرَ مَوَالِيْهِ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ، لَا يَقبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلاً

وَأَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّي، فَما أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ قالوا: نَشْهَدُ أنَّكَ قدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَقالَ: بإصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ، يَرْفَعُهَا إلى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إلى النَّاسِ اللَّهُمَّ، اشْهَدْ، اللَّهُمَّ، اشْهَدْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Terjemahannya:

Wahai manusia, dengarkanlah aku yang akan menjelaskan kepada kalian semua, karena aku tak tahu apakah aku akan bertemu dengan kalian setelah tahunku ini, di tempat ku berdiri ini.

Wahai manusia, sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian itu mulia hingga kalian bertemu Tuhan kalian. Semulia hari kalian ini, bulan ini, tanah ini. Apakah aku telah menyampaikannya? Ya Allah, Saksikanlah!

Barang siapa yang memiliki amanah, maka hendaknya ia menunaikannya kepada orang yang telah memberinya amanat.

Sesungguhnya praktik riba di zaman jahiliyyah (sebelum Islam) itu dihapuskan, dan sesungguhnya riba yang aku mulai (hapuskan) adalah riba pamanku Al-abbas Bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya (pertumpahan) darah Jahiliyah itu dihapuskan, dan sesungguhnya darah pertama yang aku mulai (hapuskan pertumpahannya) adalah Amir Bin Rabi’ah Bin Al-harits. Sesungguhnya perilaku jahiliyah itu dihapuskan kecuali akad perwalian dan penyiraman. Sesungguhnya pembunuhan yang disengaja (‘amd) hukumannya balas setimpal (qishas), dan pembunuhan yang serupa sengaja (syibh ‘amd) itu seumpama pembunuhan menggunakan (pukulan) tongkat atau (lemparan) batu, dan (wajib membayar diyat) seratus ekor unta di dalamnya. Barang siapa yang menambahkannya maka dia termasuk golongan orang jahiliyah.

Wahai manusia, sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian, tetapi ia rela untuk ditaati pada selain hal tersebut yakni perbuatan-perbuatan jelek yang kalian lakukan.

Wahai manusia, zina menambah kekafiran. Waktu berputar seperti pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dan jumlah bulan yang ada dalam kitab Allah SWT ada 12 bulan. 4 dari 12 adalah bulan suci (haram untuk peperangan di dalamnya), tiga di antaranya berturut-turut dan yang satu terpisah (sendiri). Maka apakah aku pernah menyampaikannya? Ya Allah, Saksikanlah!

Wahai manusia, sesungguhnya wanita kalian memiliki hak atas kalian, dan kalian juga memiliki hak atas mereka. Mereka tidak boleh membiarkan orang lain masuk ke tempat tidur kalian. Mereka tidak boleh membiarkan siapa pun yang kamu benci masuk ke rumah kalian kecuali dengan izin kalian, dan mereka tidak boleh melakukan perbuatan keji, dan jika mereka melakukan itu, maka Allah telah mengizinkan kalian meninggalkan mereka di tempat tidurmu, dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika mereka menaati kalian, maka kalian wajib memberi mereka rezeki dan sandang mereka dengan jalan yang baik. Sesungguhnya, istri-istri kalian seumpama perempuan boyongan bagi kalian, mereka tidak memiliki apapun bagi diri mereka sendiri. Maka pergaulilah mereka dengan amanat Allah, dan telah kalian jaga kesucian kemaluan mereka atas nama Allah. Maka bertakwalah kepada Allah sehubungan dengan perempuan itu, dan berwasiatlah kepada mereka. Apakah aku sudah menyampaikan? Ya Allah, Saksikanlah!

Wahai manusia, sesungguhnya Muslim satu dan Muslim lainnya itu bersaudara, maka tidak halal bagi siapapun harta saudara kalian kecuali dengan kerelaan hati yang baik. Apakah aku sudah menyampaikan? Ya Allah, Saksikanlah!

Maka janganlah kalian kembali kepada kekafiran sesudahku, hingga sebagian dari kalian memenggal kepala sebagian yang lain. Sesungguhnya telah kutinggalkan untuk kalian semua sesuatu yang jika kalian berpegangan padanya maka selamanya kalian tidak akan tersesat. Yakni, Al-Qur’an.

Wahai manusia, Tuhan kalian adalah satu, dan ayah kalian adalah satu, kalian semua berasal dari Adam, dan Adam dari debu. Manusia terbaik di antara kalian ialah yang paling bertakwa. Seorang Arab tidaklah lebih baik dari Non-Arab kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku sudah menyampaikan? Ya Allah, Saksikanlah!

Wahai manusia, Allah telah membagi kepada masing-masing ahli waris bagiannya dari warisan , dan tidak diperbolehkan bagi seorang ahli waris untuk mewariskan. Dan tidak diperbolehkan mewariskan lebih dari sepertiga, dan anak itu termasuk dalam tempat tidur, dan pezina memiliki batu, barangsiapa mengklaim selain ayahnya. Atau mengambil alih orang lain selain tuannya, maka kutukan Allah, para malaikat dan semua orang menimpanya. Allah menerimanya dengan murni atau adil.

Kalian semua telah ditanyai tentang aku, maka apakah yang akan kalian katakan sekarang? Jamaah menjawab: “Kami bersaksi bahwasanya engkau sungguh telah menyampaikan, menunaikan dan memberi nasihat. Nabi lantas berisyarat dengan telunjuk beliau, mengangkatnya ke atas sambil berkata: “Ya Allah, Saksikanlah! Sebanyak tiga kali”.

Baca juga: Seputar Haji (12) Hajar Perempuan yang Luar Biasa

Khutbah Nabi pada Haji Perpisahan atau Haji Wada’ tersebut pada intisarinya mengandung 10 pesan utama sebagai wasiat untuk umat Islam, antara lain:

Pertama: pesan kemanusiaan. Islam mewajibkan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. Jiwa manusia adalah suci. Tidak diperkenankan seorang Muslim mengganggu, menyakiti, atau membunuh orang lain, karena setiap jiwa manusia harus dilindungi. Juga tidak diperbolehkan merampas hak harta orang lain atau mencuri yang bukan haknya. Rasulullah juga mengingatkan tentang kualitas ketakwaan sebagai satu-satunya ukuran bagi kemanusiaan di sisi Allah. Ini artinya Islam menjamin kesetaraan manusia, dan tidak ada yang membedakan antara identitas Arab maupun non-Arab kecuali ketakwaannya dan kesetiaannya kepada Allah. Beberapa sarjana modern melihat pesan Rasulullah ini sesuai dengan semangat modern tentang perlindungan hak-hak asasi manusia.

Kedua: pesan kepemimpinan dan kejujuran. Setiap orang yang mengemban amanah, dalam bentuk apapun, hendaknya menjalankan amanah yang diberikan dengan baik dan menunaikan amanah itu dengan baik. Dilarang berkhianat atas amanah yang diberikan. Salah satu amanat penting adalah terkait kepemimpinan.

Ketiga: pesan ekonomi. Rasulullah mengingatkan agar setiap orang menjauhi praktik ribawi, karena merupakan bentuk eksploitasi atas orang lain, mengambil keuntungan lebih di atas kesengsaraan orang lain.

Keempat: pesan pidana. Dihapuskannya praktik pemidanaan Jahiliyah, mata dibalas dengan mata, nyawa dibalas nyawa, karena itu menunjukkan praktik “utang darah” yang memantik rasa dendam yang berantai. Ini semacam praktik retributivis dalam budaya pra-modern. Ini menunjukkan dihapuskannya praktik-praktik masa Jahiliyah oleh Rasulullah.

Kelima: pesan tentang waktu yang harus dimuliakan dalam Islam. Rasulullah mengingatkan tentang waktu, dan penghormatan terhadap kesucian pada bulan-bulan yang disucikan dalam Islam seperti Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, antara lain dengan tidak boleh ada peperangan di waktu-waktu tersebut.

Keenam: pesan perlindungan kaum perempuan. Setiap Muslim diharuskan melindungi kaum perempuan, menghormati hak-hak mereka, dan menjaga martabat mereka. Mereka pada masa Jahiliyah telah kehilangan hak dan martabatnya. Oleh karena itu, Islam memberikan penghormatan sebagaimana mestinya kepada kaum perempuan.

Ketujuh: pesan komitmen keimanan dan persaudaraan. Rasulullah mengingatkan agar berpegang teguh pada nilai-nilai Islam setelah Rasulullah tiada, dan agar umat Islam tidak kembali lagi kepada kesesatan atau kebodohan. Juga untuk menjaga hubungan persaudaraan antar sesama umat Islam setelah sepeninggal Rasulullah, dan larangan untuk bercerai-berai dan bermusuh-musuhan. Hubungan ini sering disebut Ukhuwah Islamiyah.

Kedelapan: pesan kekeluargaan. Rasulullah mengingatkan agar berhati-hati dalam hal harta warisan, dilarang untuk mengambil harta warisan dengan tidak semestinya, dan Al-Quran telah memberikan panduan mengenai hukum waris tersebut. Rasulullah juga mengingatkan tentang martabat kemanusiaan, antara lain dengan menghindari perzinahan, karena akan mengganggu sistem keturunan, dan hendaknya menjaga garis nasab keluarga dengan baik.

Kesembilan: Rasulullah memerintahkan agar menyampaikan pesan-pesan suci ini kepada umat Islam dimana saja dan kapan saja. Pesan tersebut tidak hanya untuk yang berhaji bersama Rasulullah, tapi juga untuk umat Islam di kemudian hari.

Kesepuluh: pesan kesempurnaan ajaran Islam. Pada momentum ini pula diturunkan surat al-Maidah ayat 3, yang menunjukkan makna kesempurnaan risalah agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …

Tidarislam.co

Baca juga: Seputar Haji (9): Kisah Pengorbanan Ibrahim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *