Gambar: Tarekat Chisthiyah paling berkembang di India, dengan ajaran utama yang menekankan kasih sayang, keramahan, keterbukaan, dan toleransi.
Tidarislam.co- Tarekat merupakan kelompok spiritualisme yang mengajarkan tasawuf atau dimensi spiritual dalam Islam. Mereka mengajarkan tentang disiplin penyucian jiwa. Pelakunya lazim disebut sebagai sufi. Kelompok spiritual ini telah berkembang dalam berbagai macam kelompok ajaran tasawuf, namun esensinya sama, yakni menekankan kesucian jiwa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Jalan utama meraih kesucian itu adalah berdzikir atau senantiasa mengingat Tuhan.
Berikut 5 kelompok organisasi tarekat yang ajarannya paling banyak penganutnya di dunia beserta penyebarannya.
1. Tarekat Qodiriyah
“Tarekat Qadiriyah tidak hanya menekankan praktik ritual, tetapi juga menekankan pentingnya kehidupan bermakna. Tarekat ini dikenal karena ajaran zuhud, keikhlasan, dan pelayanan kepada sesama.”
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani (1078-1166), seorang tokoh sufi terkenal dari Gilan, Iran. Tarekat Qodiriyah menekankan pentingnya pendidikan rohani, spiritualitas, dan pembersihan hati. Mengajarkan dzikir dengan keras dengan hati yang penuh kesadaran.
Tarekat Qadiriyah, dengan pusatnya di Irak dan Suriah, telah menjadi populer di berbagai negara Islam. Tarekat ini telah banyak diikuti oleh umat muslim di berbagai negara seperti Irak, Suriah, Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika, dan Asia.
Tarekat Qadiriyah memiliki sejarah panjang dan telah berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Tarekat Qadiriyah menyebar luas di seluruh dunia Islam, termasuk di Indonesia, dengan pusat di Jawa. Di Indonesia, tarekat Qadiriyah menjadi salah satu tarekat yang paling populer dan memiliki banyak pengikut.
Tarekat ini masuk ke Indonesia pada abad ke-16 dan menyebar di seluruh Jawa, khususnya di berbagai pesantren seperti Pegentongan Bogor, Suryalaya Tasikmalaya, Mranggen, Rejoso Jombang, dan Tebuireng Jombang. Tarekat Qadiriyah tersebar luas di berbagai negara di wilayah ini, dengan penyesuaian ritual dan amalan di masing-masing daerah.
Selain tarekat Qadiriyah yang umum, terdapat juga tarekat Qadiriyah Arakiyah yang masuk ke Indonesia pada tahun 2006. Tarekat Qadiriyah Arakiyah masuk ke Indonesia pada 2006, dibawa oleh Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shiddiqi al-Araki, seorang Kiai dari Pondok Pesantren Al-Husaini Bandung. Tarekat Qadiriyah Hanafiyah juga hadir di Indonesia, dengan pusat kajiannya di BSD, Tangerang Selatan.
Tarekat Qadiriyah juga dikombinasikan dengan Tarekat Naqsabandiyah menjadi Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, yang memiliki cabang di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa Timur, termasuk di Pondok Pesantren Suryalaya, yang menjadi pusat Thoreqat Qadiriyah Naqsabandiyah.
2. Tarekat Naqsyabandiyah
“Tarekat Naqsyabandiyah menekankan pada disiplin spiritual, mengikuti syariat dengan ketat, menjaga hati dari godaan dunia. Tarekat Naqsyabandiyah yang berpusat di Asia Tengah ini memiliki beberapa prinsip utama, termasuk: menghadirkan rupa guru dalam hati, memperkuat rabitah (hubungan spiritual dengan guru), berzikir dengan hati, menjaga adab dalam beribadah”
Syekh Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi (1318-1389) adalah pendiri tarekat ini, dan dia memiliki nama lengkap Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Uwaisi al-Bukhari. Ia memiliki silsilah (garis keturunan spiritual) yang dihubungkan dengan Nabi Muhammad SAW melalui Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Tarekat Naqsyabandiyah memiliki silsilah yang menghubungkan mereka dengan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Abu Bakar (khalifah pertama) dan Ali bin Abi Thalib (khalifah keempat).
Tarekat Naqsyabandiyah menonjolkan zikir dengan hati secara diam, tanpa gerakan atau suara, sebagai bagian penting dari praktik spiritualnya. Tarekat ini juga menekankan pada suluk dan perjalanan spiritual menuju kesempurnaan, yang melibatkan pemurnian diri, pengingatan kepada Allah, dan pemusatan perhatian pada Tuhan.
Tarekat Naqsyabandiyah memiliki akar di Asia Tengah, di bawah pimpinan Syekh Ubaidullah al-Ahrar. Pusat awal penyebarannya adalah di Asia Tengah, kemudian menyebar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Tarekat Naqsyabandiyah juga tersebar di wilayah Asia, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Dagestan, Rusia. Komunitas Naqsabandiyah juga ada di Amerika, terutama oleh kaum imigran, dan mereka berjejaring dengan tarekat pada negara asal mereka seperti Pakistan, Turki, dan Indonesia.
Di Indonesia, tarekat ini diperkenalkan antara lain oleh Syeikh Yusuf Makassari dan berkembang pada abad ke-13 hijriah. Tarekat Naqsyabandiyah menyebar luas di berbagai wilayah, termasuk di Minangkabau, Sumatera Barat, yang diperkenalkan oleh Syekh Ahmad Chatib Sambas, Syekh Abdul Wahab Rokan, dan Syekh Ismail Minangkabau. Dalam beberapa kasus, tarekat Naqsyabandiyah bersatu dengan tarekat lain, seperti tarekat Qadiriyah, menjadi Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah.
3. Tarekat Syadziliyah
“Tarekat Syadziliyah menekankan pada pembersihan hati, mendekatkan diri kepada Allah, mengajarkan kehidupan yang seimbang, berdzikir sambil tetap aktif dalam masyarakat, seperti berdagang, belajar, dan bekerja. Tarekat ini juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam bidang sastra, intelektual, dan spiritual.”
Tarekat ini didirikan oleh Abu Hasan Ali asy-Syadzili (1196-1258) di Afrika Utara pada abad ke-13. Selain Abu Hasan Ali asy-Syadzili, pendiri Tarekat Syadziliyah, tokoh-tokoh ternama dalam tarekat Syadziliyah yang terkenal antara lain Ibnu ‘Ataillah, Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibn Ajiba.
Ajaran Inti Tarekat Syadziliyah antara lain taqwa, zuhud, ridha, wara’, akhlaqul karimah, dan tawakkal. Mereka juga menekankan pada upaya memperbanyak istighfar, rutin berdzikir, mempelajari dan mengamalkan al-Quran dan Hadits, serta memperbaiki akhlak.
Tarekat Syadziliyah tersebar luas dengan berbagai cabang dan pengaruhnya di berbagai belahan dunia. Penyebarannya tidak hanya terbatas pada wilayah geografis tertentu, tetapi juga merangkul berbagai komunitas dan kelompok dengan karakteristik budaya yang beragam. Tarekat Syadziliyah berkembang di berbagai negara seperti Maghrib dan Mesir. Beberapa tokoh penting tarekat Syadziliyah, seperti Syaikh Ibnu Athaillah, telah memainkan peran penting dalam memperluas pengaruh Tarekat Syadziliyah sampai ke Libya, Aljazair, Tunisia, dan Maroko.
Tarekat Syadziliyah memiliki beberapa cabang, seperti Fassiyatush yang banyak ditemukan di India, Sri Lanka, dan Pakistan. Selain itu, cabang Darqawi banyak ditemukan di Maroko, sedangkan cabang Darqawi Alawiyya ada di Aljazair dan kini juga tersebar luas di berbagai negara. Salah satu cabang Tarekat Syadziliyah, yaitu Darqawi, bahkan memiliki cabang Alawiyya yang dapat ditemukan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Prancis dan komunitas berbahasa Inggris, serta di Suriah dan Yordania.
Di Indonesia, Tarekat Syadziliyah juga memiliki pengikut dan peran yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat, seperti di Desa Mergosari, Kecamatan Sukoharjo, Wonosobo. Tempat ini menjadi salah pusat pengembangan pendidikan akhlak dan spiritual Tarekat Syadziliyah.
4. Tarekat Tijaniyah
“Tarekat Tijaniyah menekankan pada wirid dan amalan yang sederhana, seperti istighfar, shalawat, dan zikir laa ilaaha illallah, serta memiliki fokus pada penyatuan dengan ruh Nabi Muhammad SAW. Tujuan dari wirid dan amalan dalam Tarekat Tijaniyah adalah untuk menyatukan diri dengan ruh Nabi Muhammad SAW, bukan dengan Tuhan.”
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Abul Abbas Ahmad At-Tijani (1737-1815) di Aljazair pada abad ke-18. Syekh Ahmad At-Tijani lahir di Ain Madhi, Aljazair dan dianggap sebagai keturunan ke-21 Nabi Muhammad SAW.
Tarekat Tijaniyah juga menekankan pada pentingnya ketaatan kepada syariat, dan lebih menekankan pada pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syariat, serta fokus pada penyatuan dengan ruh Nabi Muhammad SAW. Tarekat Tijaniyah juga mengalami perdebatan di kalangan tarekat lain dan masyarakat luas. Tarekat Tijaniyah sempat mengalami pro-kontra, terutama terkait dengan klaim ijazah langsung dari Rasulullah SAW oleh Syekh Ahmad At-Tijani. Pihak yang menolak menganggap bahwa mustahil Rasulullah yang telah wafat bisa memberikan ijazah, sementara pihak yang menerima meyakini bahwa Rasulullah bisa menampakkan diri dalam wujud nyata.
Tarekat ini berkembang pesat di berbagai wilayah Afrika Utara dan Barat, dan belahan dunia lainnya. Penyebarannya didorong oleh para pengikutnya yang bersemangat, seperti El Hadji Omar Tall di Senegal. Tarekat ini juga memiliki banyak pengikut dan komunitas yang aktif di berbagai wilayah Indonesia. Tarekat Tijaniyah mengalami perkembangan pesat di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tarekat Tijaniyah masuk ke Indonesia pada tahun 1923 dibawa oleh Kiai Anas ibn Kiai Abdul Jamil dari Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Peran Kiai Anas: KH. Anas Abdul Jamil, adik KH. Abbas Abdul Jamil, menjadi penyebar pertama tarekat ini di Indonesia.
Penyebaran tarekat ini dilakukan melalui pengajian rutin, pengajian malam Jum’at Kliwon, dan dakwah di acara keagamaan. Idul Khotmi Nasional Attijani merupakan salah satu kegiatan besar yang diikuti oleh ratusan ribu pengamal Tarekat Tijaniyah di Indonesia
5. Tarekat Chisthiyah
“Tarekat Chisthiyah adalah salah satu tarekat Islam Sunni yang terkenal karena ajarannya yang menekankan kasih sayang, toleransi, dan keterbukaan. Dikenal ramah, terbuka, dan penuh cinta, menggunakan musik, syair, dan seni untuk menyentuh hati.”
Tarekat Chishtiyah dinamai dari kota Chisht, Afghanistan, tempat didirikannya oleh Syaikh Khwaja Abu Ishaq Shami Chishti. Tarekat ini didirikan di kota Chisht, dekat Herat, Afghanistan, sekitar tahun 930 M. Tarekat ini tumbuh subur di India melalui Muinuddin Chisti.
Anggota tarekat ini juga dikenal sebagai penganut paham pasifisme. Cita-cita para pendiri tarekat tetap dihormati, namun beberapa modifikasi praktik, seperti kepemilikan properti, ditoleransi. Tarekat Chishtiyah juga memiliki ritual dan musik yang khas, seperti qawwali.
Ajaran kasih sayang, toleransi, dan keterbukaan yang diusung oleh Tarekat Chishtiyah sangat relevan di tengah masyarakat yang beragam dan sering mengalami konflik. Ajaran ini dapat menjadi landasan untuk membangun hubungan yang harmonis dan damai antara umat beragama maupun antar individu.
Tarekat Chishti adalah salah satu dari empat tarekat Sufi utama yang berkembang di Asia Selatan, bersama dengan tarekat Qadiriyah, Naqshbandiyah, dan Suhrawardiyah. Tarekat Chishti menyebar luas di berbagai wilayah, terutama di Asia Selatan dan Afrika Utara. Tarekat Chishti memiliki pengaruh besar di India, dan dikenal sebagai tarekat sufi utama di wilayah tersebut. Tarekat Chishti juga menyebar ke Afrika Utara, termasuk Mesir. Tarekat Chishti juga memiliki cabang di berbagai wilayah lain, termasuk Afganistan (tempat asalnya) dan wilayah-wilayah dengan populasi Muslim Sunni.
Tidarislam.co
Baca juga: Ngaji Tasawuf bareng Menteri Agama