Nurhayati Subakat: tentang Iman, Karya, hingga Definisi Kecantikan Hakiki

Tidarislam.co – Sosok Nurhayati Subakat dikenal publik sebagai seorang womenpreneur, salah satu pengusaha kosmetik perempuan paling sukses di Indonesia. Ia adalah pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation (PTI), yang mengelola merek Wardah dan sejumlah merek kosmetik popular lainnya.

Kesuksesannya membawa posisi sebagai salah satu dari 25 wanita pebisnis yang memiliki pengaruh besar di Asia versi Forbes, dan termasuk wanita terkuat di Indonesia versi Fortune bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Perusahaan Paragon miliknya telah dibangun sejak 1985, dan kini telah memiliki lebih dari 12.000 karyawan dan lebih dari 41 pusat distribusi di Indonesia dan di Malaysia.

Namun yang menarik di balik kisah kesuksesannya adalah, bahwa Ibu Nurhayati Subakat merupakan sosok inspirator perempuan yang tidak melepaskan motivasi agama dalam berbisnis. Bagi Nurhayati, berbisnis tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai agama. Motivasi agama, khususnya nilai-nilai keislaman yang diyakininya, justru mendorong kesuksesannya dalam bisnis.

Nilai-nilai karakter religius seperti ketaatan (taqwa) kepada Tuhan, kedisiplinan, kepedulian kepada sesama, kepedulian lingkungan, dan kerendahan hati, selalu ia terapkan mengiringi langkahnya dalam bisnis sejak merintis hingga meraih kesuksesan. Setiap langkah membawa komitmen nilai-nilai itu, tentu akan ada beragam tantangan dan cobaan, maka juga dibutuhkan ketangguhan dan keuletan.

Memang Nurhayati lahir di Padang Panjang, kota yang kental dengan budaya Islam dan merupakan salah satu pusat pendidikan Islam di Sumatra Barat. Di Padang Panjang, ia memulai pendidikannya di Sekolah Diniyyah Putri. Dalam sebuah biografinya, ia pernah menuturkan: “Pendidikan agama, menurut saya, harus tertanam dari kecil, sehingga itu akhirnya menjadi karakter. Kalau sudah menjadi karakter, itu sudah menjadi kebiasaan yang mudah-mudahan tidak akan berubah”. Setamat SMA, ia kemudian memfokuskan para pendidikan farmasi, yang menjadi bekal dalam karier bisnisnya dalam bidang kosmetik.

Kunci keberhasilannya dalam menjalankan bisnis, antara lain, karena ia memegang prinsip 4 P yang ia pegang untuk mengatur strategis bisnis. Selain menciptakan “P”roduk yang berkualitas, “P”rice atau harga yang terjangkau, “P”romosi yang tepat sasasran, juga “P” yang paling utama dan tak boleh dilupakan adalah “P”ertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan meyakini pertolongan Tuhan ini, terbukti bahwa ia selalu mendapatkan kelancaran dan kemudahan meraih tujuan.

Ini pula yang kemudian menjadi judul utama film yang menceritakan kisah sukses Nurhayati Subakat, Mengusahakan Pertolongan Ilahi (2025). Film ini dibuat untuk merayakan 40 tahun perjalanan bisnis Paragon. Film ini menyampaikan pesan, antara lain, tentang keberanian menggapai kesuksesan dalam bisnis berbekal keyakinan yang kuat tentang iman dan pertolongan Tuhan. Dan dengan iman itulah, kita mengharap datangnya pertolongan ilahi dalam meraih keberhasilan sehingga mampu menebarkan kebaikan lebih luas.

Baca juga: 10 Resep Menjaga Spirit Beragama dan Kesuksesan Karier

Misi menebar kebaikan dalam bisnis dengan tetap berpegang teguh pada etika agama ia tampilkan, antara lain, melalui brand Wardah sebagai “kosmetik halal”, yang menjadi salah satu icon produk paling sukses dari Paragon. Produk ini dibuat dengan bahan-bahan yang memang terbukti halal dan tidak dilarang oleh agama. Ia juga memastikan kehalalan itu sesuai dengan kualitas dan standar Badan Pegawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebagai seorang ahli farmasi, ia tentu tahu betul tentang hal tersebut.

Brand Wardah diambil dari kata bahasa Arab yang artinya “bunga mawar” sebagai simbol kecantikan. Dengan brand ini, Nurhayati ingin menampilkan citra perempuan yang memiliki kharisma “kecantikan dari hati”. Definisi cantik, dalam brand ini, tidak hanya diukur dari penampilan fisik semata. Kecantikan perempuan yang juga sangat dipengaruhi oleh sikap dan pembawaannya yang positif dalam kehidupan dan komitmen yang kuat tentang nilai-nilai kebajikan. Brand Wardah melekat pada citra “perempuan Wardah” yang bukan saja cantik secara fisik, tapi juga santun dalam perilaku, memiliki kepedulian dengan sesama, serta aktif menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat sekitarnya.

Perempuan yang menggunakan produk halal Wardah, dengan begitu, diharapkan selain akan lebih cantik secara fisik, juga akan tergerak hatinya untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang akan mempengaruhi citra yang elok dan anggun, menambah kecantikan dari dalam hati, dan memiliki aura kecantikan alami.

Dalam sebuah wawancara yang dilansir Elle Indonesia, Nurhayati pernah menuturkan:

“Ketika memilih brand ambassador, kita memilih perempuan yang cerdas, santun, dan berperilaku baik. Misalnya Raline Shah, ia aktif menggerakkan kegiatan sosialnya melalui Rumah Singgah. Lalu ada Mesty Ariotedjo yang konsisten menyebarkan nilai-nilai kebaikan pada sesama. Begitu pun citra positif yang ada pada diri Dewi Sandra. Perempuan Wardah punya kesamaan visi, yakni menjadi perempuan inspiratif yang berkomitmen berbagi banyak kebaikan dan cinta untuk sekitarnya. Produk kami memang untuk mempercantik fisik dan penampilan luar. Namun, kami perempuan, sejatinya tidak melulu dikaitkan pada konsep kecantikan fisik. Perempuan juga harus pintar, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, dan hidup dalam konsep kebaikan. Ini yang kami sebut dengan ‘Cantik dari Hati’.”

Baca juga: Filantropi Islam

Selain dikenal sebagai pebisnis sukses dengan kekayaan yang fantastis, Nurhayati Subakat merupakan sosok “perempuan filantropis” yang dermawan untuk membantu di bidang lingkungan dan kemanusiaan. Bukan hanya mempercantik perempuan-perempuan Indonesia dengan produk-produk kosmetiknya, beliau juga memiliki perhatian terhadap pengembangan dunia riset, pendidikan, dan kemanusiaan, yang ia upayakan melalui dana-dana filantropi perusahaannya. Komitmen terhadap filantropi ini pula yang memperkuat kesuksesannya dalam bisnis.

Ketika Covid melanda tahun 2020 yang lalu, misalnya, perusahannya mampu menggelontorkan 40 milliar untuk membantu penanganan medis sehingga mempercepat penangangan wabah Covid 19. Lebih jauh, mengutip dari wawancara Elle Indonesia, Nurhayati membeberkan penyaluran dana CSR untuk berbagai bidang yang menjadi perhatiannya, mulai dari kesehatan, lingkungan, dan pendidikan:

“Ada empat pilar dalam hal penyaluran dana ‘corporate social responsibility’. Untuk kesehatan, kami bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Kanker Payudara Indonesia, WeCare.id, yayasan Pita Kuning, Komunitas Taufan, Rumah Harapan Indonesia, dan Syamsi Dhuha Foundation. Dalam isu lingkungan, kami bekerja sama dengan Waterhouse Project, waste4change, dan berbagai komunitas lainnya. Pada bidang pendidikan, kami berkolaborasi dengan jaringan Semua Murid Semua Guru, Yayasan Indonesia Mengajar, program pelatihan guru Wardah Inspiring Teacher dan Leadership Program ‘Good Leader Good Teacher’. Selain itu, kami juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Gajah Mada. PTI juga mendukung pemberdayaan perempuan melalui kerja sama dengan lembaga organisasi Aisyah Muhammadiyah, muslimat Nahdlatul Ulama, IPEMI, dan ESQ. Kami juga turut menjalin relasi dengan Rumah Zakat, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Dompet Dhuafa, dan Yayasan Panti Asuhan Jakarta.”

Baca juga: Moeslim Abdurrahman Penggagas Islam Transformatif

Selain dari spirit agama dan ketulusan untuk menebarkan kebaikan, kunci keberhasilan bisnisnya adalah menjaga kualitas melalui penelitian dan pengembangan produk. Sebagai seorang pebisnis, ia juga bergelut dalam penelitian guna menciptakan inovasi agar produk-produknya semakin berkualitas dan lebih terjangkau. Untuk itu, ia mendirikan sebuah Research and Development Center. Karena perhatiannya yang besar pada riset itu pula ia pernah menggelontorkan puluhan milliar untuk mendukung riset dan penelitian di ITB. Dengan itu, berbisnis bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga soal “berkarya” dan “berinovasi”.

Keberhasilannya menginspirasi perempuan-perempuan di Indonesia berkat kesuksesan bisnis dan kepeduliannya yang besar terhadap aktivisme filantropi, mengantarkannya pada berbagai penghargaan nasional maupun internasional. Ia juga mendapatkan gelar doktor honoris causa dari ITB atas inovasi-inovasinya dalam bisnis kosmetik. Tak heran karena kiprahnya juga Fortune Indonesia menobatkannya sebagai “20 Wanita Pebisnis Paling Berpengaruh” tahun 2022.

Tak jarang sikap pamer harta kita jumpai pada banyak pebisnis sukses, termasuk dalam bidang kosmetik, namun tidak dengan perempuan satu ini.  Sebagai seorang triliuner dan bos kosmetik terbesar yang bergelimang harta, kehidupannya jauh dari sikap pamer atau anti-flexing. Hal ini kiranya sesuai dengan motivasinya dalam berbisnis, yakni di samping menciptakan produk-produk yang halal, bisnis untuk menebar manfaat, menyebarkan inspirasi kebajikan bagi sesama, tetapi tetap harus bersikap rendah hati di tengah kesuksesan yang dimiliki.

Akhirnya, kembali lagi, Nurhayati memberikan inspirasi kepada perempuan bahwa memang perempuan identik dengan kecantikan. Tetapi kecantikan bukan hanya soal penampilan fisik, melainkan juga cantik dalam pembawaan atitude, kepribadian, dan komitmen terhadap nilai-nilai kebajikan, sehingga akan melahirkan aura kecantikan hakiki dari dalam hati. Tidak berlebihan, kiranya, itu pula yang terpancar pada sosok seorang Nurhayati Subakat, pebisnis perempuan sukses yang terus menebar inspirasi bagi perempuan, tidak hanya dengan karya dan prestasi, tetapi juga dengan akhlak dan kepribadian.

Baca juga: Abdus Salam: Muslim Pertama Peraih Nobel Fisika

 

Baca juga opini tentang filantropi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *