Oleh: Jacob Ereste
Tidarislam.co – Betapa dahsyat potensi umat Islam jika dikonversi dengan nilai himpunan dana zakat di Indonesia tahun 2025 sebesar Rp 327 triliun, dengan rincian yang telah diterima sejumlah Rp 41 trilian, seperti yang diungkap oleh Ketua Amil Zakat Nasional, Noor Achmad, saat menerima himpunan dana segar itu melalui Badan Amil Zakat Nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2025 menjelang hari raya lebaran.
Presiden Prabowo Subianto pun mengapresiasi potensi dari penerimaan Zakat ini, dan optimis mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Padahal, kemiskinan absolut di Indonesia sudah mampu diatasi dengan dana sejumlah Rp 30 triliun saja, ungkap Presiden Prabowo Subianto bersama Kabinet Merah Putih yang dia pimpin.
Atas dasar itulah pada tahun 2025 Indonesia dapat menuntaskan kemiskinan absolut tahun ini juga, tandas anak Begawan Ekonomi Indonesia ini, seperti yang dilaporkan Breaking News KompasTV.
Peran BAZNAS yang sangat penting dan strategis terbukti mendapat pengakuan pihak luar negeri kita. Setidaknya peran BAZNAS diakui oleh Palestina, yang selalu hadir di tempat yang tengah mengalami kesulitan.
Dan atas dasar itu pula, Prabowo Subianto tidak ragu-ragu untuk mengajak seluruh kementerian dan lembaga yang mempunyai otoritas untuk memperkuat BAZNAS. Minimal untuk lebih banyak Membangun kekuatan bagi BAZNAS agar dapat semakin maksimal berperan.
Demikian juga untuk semua pihak yang membutuhkan zakat, infak dan sedekah. Sebab berzakat dapat memperdalam rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, kata Prabowo Subianto meyakinkan.
Dengan zakat, memungkinkan bagi bangsa Indonesia sendiri untuk menolong kaum dhuafa -orang yang lemah- dalam pengertian ekonomi dan kesejahteraan, sehingga peran zakat sangat besar dan sangat luas pengaruhnya. Zakat adalah manifestasi dari keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan seperti yang diamanatkan oleh konstitusi kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.
Baca juga: Filantropi Islam
Proyeksi yang jelas dari potensi ekonomi umat Islam Indonesia ini pun tercermin dari posisi kekuatan ekonomi yang dimiliki organisasi umat Islam seperti Muhammadiyah, yang tercatat mempunyai kekayaan Rp 464,24 triliun.
Dengan kekayaan Muhammadiyah sebesar itu telah menempatkan posisi Muhammadiyah dalam daftar organisasi keagamaan terkaya keempat dunia. Organisasi Muhammadiyah memiliki jaringan yang luas meliputi institusi pendidikan, layanan kesehatan, serta berbagai usaha amal yang sangat besar kontribusinya terhadap kesejahteraan sosial.
Catatan keuangan organisasi Muhammadiyah yang sangat terpuji dan relatif lebih bersih dari organisasi lain, semakin memantapkan kehadirannya memperoleh dukungan yang semakin solid dan kuat dari segenap anggota yang berhimpun di dalamnya. Demikian Fortune melaporkan hasil investigasinya yang menyandingkan organisasi Muhammadiyah dengan THR Church of Jesus Christ of Letter-day Saints, termasuk dengan organisasi Gereja Katolik Jerman dan Tirumala Tirupati Devasthanams (TTD) yang menempati urutan teratas sepuluh besar organisasi keagamaan dunia.
Posisi berikutnya ditempati Gereja Katolik di Australia, Gereja Katolik di Prancis, Gereja Advent Hari Ketujuh, Gereja Inggris (Church of England), Gereja Swedia (Church of Sweden), dan Gereja Trinity di New York.
Baca juga: Filantropi Muhammadiyah
Dana-dana segar milik organisasi keagamaan yang sangat luar biasa besar jumlahnya itu pun sangat mungkin dapat dinikmati oleh bangsa dan negara Indonesia, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk mengentaskan kemiskinan ekstrim di Indonesia. Dengan begitu kesejahteraan warga bangsa Indonesia dapat segera ditingkatkan hingga sepadan dan layak disandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia yang sudah dapat disebut welfare state seperti yang sudah sejak lama dimimpikan oleh kaum buruh dan serikat buruh di dunia maupun di Indonesia. Sehingga tak lagi istilah “kuli” dalam khazanah “ekonomi Pancasila”, yang pernah menjadi tajuk bincang yang panas ketika kekuasaan Orda Baru berjaya yang digagas dan dipelopori oleh Prof. Mubyarto.
Agaknya, begitulah kehadiran organisasi keagamaan sebagai “sumber mata air spiritualitas” yang terus mengalir, meski tak deras, sungguh memiliki potensi ekonomi dan energi yang maha dahsyat serta patut diperhitungkan peran dari keberadaannya untuk mengentaskan kemiskinan yang akut dan ekstrim, seperti menggelayuti cita-cita bangsa dan negara Indonesia hingga menjelang usia 80 tahun usianya.
Banten, 1 April 2025
* Tulisan ini terinspirasi oleh Guru Besar Ekonomi penulis, yang secara khusus juga dimaksudkan sebagai kado ulang tahun pada hari ini yang sempurna dan genap pula terentang dalam bilangan 70 tahun silam. Terima kasih Prof, kado dan bingkisan yang sungguh sangat mengharukan.
Baca juga: Potensi Zakat Fitrah dan Zakat Mal hingga Hibah Kekayaan untuk Mengentaskan Kemiskinan
One thought on “Sebagai “Mata Air Spiritualitas”, Ormas Keagamaan Miliki Kekuatan Ekonomi Sangat Dahsyat*”