Latar Belakang
Tidarislam.co – Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., merupakan salah satu cendekiawan Muslim paling terkemuka dan berpengaruh di Indonesia yang kini dipercaya memimpin Kementerian Agama Republik Indonesia di Kabinet Merah Putih. Nasaruddin Umar lahir di Ujung-Bone Sulawesi Selatan pada 23 Juni 1959. Ia terlahir dari sebuah keluarga yang memiliki latar belakang keislaman yang kuat dan aktif, dari pasangan seorang ayah yang merupakan tokoh agama bernama Andi Muhammad Umar, dan ibundanya Andi Bunga Tungke.
Latar belakang keluarganya yang taat dan aktif dalam jalur dakwah agama, ditambah pengalaman akademik dalam bidang keagamaan, sangat membentuk karakter religius seorang Nasaruddin Umar. Ceramah-ceramahnya di berbagai forum yang selalu persuasif, dengan pembawaannya yang santun, tutur kata yang lembut, menunjukkan pemahaman dan wawasan keagamaan Islam yang terbuka, luas, dan mendalam.
Pendidikan
Sejak kecil, Nasaruddin Umar sudah menunjukkan bakat akademik dalam bidang agama Islam. Pendidikan dasarnya diawali dari sekolah Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Pesantren As’adiyah Sengkang Ujung-Bone tahun 1971, hingga menyelesaikan sampai jenjang Aliyah untuk program guru agama (PGA) tahun 1976. Setelah lulus dari Pesantren As’adiyah, Nasaruddin melanjutkan Pendidikan Tinggi Program Sarjana di Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Makassar hingga selesai menjadi Sarjana Muda tahun 1980 dan Sarjana Teladan tahun 1984.
Nasaruddin kemudian melanjutkan jenjang Magister di Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga selesai tahun 1992, dan langsung melanjutkan ke jenjang Doktoral dalam bidang tafsir di kampus yang sama hingga selesai menjadi lulusan terbaik pada tahun 1998.
Selesai jenjang Doktoral di Indonesia, Nasaruddin melanjutkan perjalanan akademiknya dengan menempuh berbagai pengalaman internasional, dengan menjadi visiting student di berbagai perguruan tinggi terkemuka di dunia, antara lain: Program PhD di Universitas McGill Montreal Kanada (1993-1994), Program PhD di Universitas Leiden Belanda (1994-1995), dan Sandwich program di Paris University Perancis (1995)
Dalam pengembangan keilmuannya, selain mengajar menjadi dosen di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nasaruddin juga telah terlibat dalam banyak penelitian, termasuk penelitian di beberapa perguruan tinggi di Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Belgia, Italia, Ankara, Istanbul, Srilanka, Korea Selatan, saudi Arabia, Mesir, Abu Dhabi, Yordania, Palestina, Singapore, Kuala Lumpur, dan Manila.
Tafsir al-Quran
Nasaruddin Umar dikenal luas sebagai akademisi yang memiliki kepakaran dan pengalaman keilmuan dalam bidang Tafsir al-Quran. Untuk menyelesaikan program doktor dalam bidang Tafsir al-Quran, ia menulis disertasi tentang “Perspektif Jender Dalam al-Quran”, yang kemudian dibukukan dalam Seri Disertasi di Paramadina berjudul: Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif al-Quran (1999). Tak lama kemudian, tahun 2002, Nasaruddin Umar dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Tafsir al-Quran pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca juga: Mengenal Ilmu Tafsir al-Quran
PTIQ
Selain menjadi dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nasaruddin Umar juga menjadi dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta, sebuah kampus swasta yang dikenal sebagai kampus pertama di dunia yang tidak hanya mengkaji al-Quran, tetapi juga menghafalnya, dan telah melahirkan banyak ulama dan ahli al-Quran. Sejak 2006 hingga sekarang, Nasaruddin terus dipercaya memimpin PTIQ.
Karya Tulis
Di samping memberikan ceramah dalam forum-forum dakwah dan seminar, Nasaruddin Umar juga merupakan seorang penulis produktif yang banyak mencurahkan pikiran-pikirannya dalam bentuk karya tulis dalam bidang keislaman, khususnya Tafsir al-Quran. Sebagian karya tulis yang dihasilkan di antaranya:
- Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif al-Qur’an.
- Teologi Gender: Antara Mitos dan Teks Kitab Suci.
- Bias Gender dalam Penafsiran Kitab Suci.
- Kodrat Perempuan dalam Islam.
- Mendekati Tuhan dengan Kualitas Feminin.
- Deradikalisasi Pemahaman al-Qur’an dan al-Hadist.
- Allah Tujuan Kita: Mendekati Allah untuk Meraih Kebahagiaan Hakiki.
- Teologi Korupsi
- Menelisik Hakikat Silaturahim.
- Shalat Sufistik: Meresapi Makna Tersirat Gerakan dan Bacaan Shalat.
- Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia.
- Geliat Islam di Negeri Non-Muslim: Sebuah Catatan Perjalanan.
Dan masih banyak buku-buku yang lain karya Nasaruddin Umar tentang pemikiran keagamaan. Adapun karya-karya penelitiannya dalam bentuk artikel jurnal dan diktat, di antaranya:
- “Antropologi Jilbab dalam perspektif Feminisme dan Penafsiran Islam” (Diktat), Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta 1999.
- “Perspektif Gender dalam Islam”, Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol 1 No. 1 Juli-Desember, 1998.
- “Pengantar Sosiologi Gender”, Forum Muslim Utama Jakarta, 1997.
- “Kodrat Perempuan dalam Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal Studi Warta Perempuan, no. 1 Vol V, 1997.
- “Bias Gender dalam Pemahaman Agama”, Jurnal Perempuan, No. 3 Mei/Juni, 1997.
- “Menyingkap Misteri Kejadian Hawa”, Majalah Feminia, No. 07/XXIV, Maret 1996.
- “Teologi Menstruasi: Antara Mitos, dan Mitologi Kitab Suci”, Jurnal Ulum al-Qur’an No. 02 Vol. VI, tahun 1995.
Gender dan Perempuan
Nasaruddin Umar dikenal sebagai sosok pembaharu dalam dunia Islam di Indonesia karena pandangan-pandangannya yang progresif dalam pemikiran Islam, antara lain dalam persoalan gender dan perjuangan hak-hak kaum perempuan. Nasaruddin memiliki concern akademik dalam bidang persoalan relasi gender dan mendukung keadilan dan kesetaraan gender. Melalui kajian-kajian akademik yang dilakukannya, ia meneliti konstruksi sosial yang memposisikan perempuan dalam ketidakadilan, dan mengkritik penggunaan ayat-ayat al-Quran untuk melegitimasi praktik-praktik patriarkhal dan misoginisme dalam dunia modern yang menempatkan perempuan dalam posisi yang subordinatif.
Dalam pandangannya tentang gender dan perempuan: Al-Qur’an tidak secara tegas menyatakan dukungan terhadap kedua paradigma gender baik nature maupun nurture. Al-Qur’an hanya mengakomodir unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam dua teori yang sejalan dengan prinsip-prinsip universal Islam. Secara umum al-Qur’an mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan itu tidak menguntungkan salah satu pihak dan memarjinalkan pihak yang lain. Perbedaan itu diperlukan justru untuk mendukung obsesi al-Qur’an tentang kehidupan yang harmonis, seimbang, aman, tenteram serta penuh kebajikan. Ketidakadilan gender bukanlah bersumber dari watak agama itu sendiri namun berasal dari pemahaman dan pemikiran keagamaan yang dipengaruhi oleh suatu konstruksi sosial (Sakdiah, 2021).
Baca juga: Menguji Keabsahan Hadist tentang Perempuan
Dialog Lintas Agama
Selain sebagai akademisi yang mumpuni, Nasaruddin juga merupakan tokoh aktivis keagamaan yang memberikan perhatian besar dalam soal toleransi agama. Ia sangat konsisten dalam bidang sosial keagamaan, terutama dalam upaya menjalin harmoni dalam kehidupan keagamaan dalam masyarakat yang plural di Indonesia. Ia sangat menekankan pada aspek “titik temu” agama-agama, dan mendukung pemikiran keagamaan yang lebih moderat dan toleran. Untuk itu, ia banyak menginisiasi gerakan-gerakan lintas agama, antara lain dengan mendirikan organisasi lintas agama Masyarakat Dialog Antar Umat Beragama (MADIA) di Jakarta sejak 1983.
Nasaruddin Umar juga banyak memberikan pesan simbolik tentang kerukunan, seperti ditunjukkan dalam sambutannya terhadap pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal tahun 2024. Kedua tokoh agama tersebut menandatangi “Deklarasi Bersama Istiqlal”, atau “Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama Untuk Kemanusiaan” yang dibacakan di hadapan berbagai tokoh dan organisasi lintas agama.
Baca juga: Salam Lintas Agama
Teologi Lingkungan
Perhatian yang lain Nasaruddin Umar ia curahkan dalam persoalan teologi dan lingkungan. Terjadinya berbagai kerusakan lingkungan banyak disebabkan karena hubungan yang tidak harmonis antara manusia dan lingkungannya. Dalam pandangan Nasaruddin Umar, diperlukan upaya perbaikan sejak dari hulu persoalan. Oleh karena itu, ia menyentuh pada persoalan pikiran manusia, khususnya dengan memperbaiki teologi lingkungan (eco-theology) masyarakatnya. Menurutnya,
Bumi dan alam semesta merupakan perwujudan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang karena kesakralannya tidak boleh diperlakukan secara semena-mena oleh manusia. Ia mengajak untuk memperbaiki cara pandang manusia tentang lingkungannya, salah satunya, mengkritik pola-pola hubungan yang destruktif, eksploitatif, dominatif, dan menjadikan alam sebagai pemenuhan kebutuhan manusia secara berlebihan dan lalim atau sewenang-wenang. Baginya, cara pandang feminis sangat cocok untuk melihat dan menciptakan kembali hubungan harmonis manusia dengan alam semesta, hubungan yang menjadikan alam sebagai sahabat yang penuh cinta.
Baca juga: Nasaruddin Umar Dorong Harmoni Manusia dan Alam dalam Forum Lintas Agama
Tasawuf
Selain pakar dalam bidang Tafsir al-Quran, Nasaruddin Umar memiliki wawasan luas dalam bidang tasawuf atau spiritualisme Islam. Namun wawasan tasawufnya dikenal moderat. Dengan pendekatan sufistik ini, ia tampil dalam berbagai forum pengajian dan forum-forum keislaman. Tasawuf modern yang diperankannya, antara lain, menekankan pemahaman dan praktik esoteris Islam yang berpijak pada prinsip-prinsip dasar tasawuf dalam rangka penyucian jiwa-individu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, tetapi tetap memainkan peran sosial tasawuf yang tidak memisahkan diri dari tatanan sosial dan kemasyarakatan, memiliki jiwa sosial yang tinggi, mengembangkan objektivitas, integritas, profesionalisme, kesadaran akan tugas, kewajiban, dan tanggungjawab sebagai hamba Allah, dan memiliki dedikasi yang tinggi memperjuangkan nasib umat manusia.
Baca juga: Ngaji Tasawuf Bareng Menteri Agama
Masjid Istiqlal
Pada tahun 2016 Nasaruddin Umar mendapat kepercayaan dari Presiden Jokowi memegang peranan penting sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, satu-satunya masjid nasional di Jakarta, posisi yang menjadikannya sebagai salah satu pemimpin spiritual (spiritual leadership) paling terkemuka di Indonesia.
Baca juga: Masjid dan Imam di Indonesia
Penghargaan
Dedikasi dan aktivisme sosialnya mengantarkannya mendapatkan berbagai penghargaan sebagai bentuk pengakuan masyarakat, di antaranya yang terbaru menerima penghargaan Elshinta Award dalam kategori The Exemplary Leadership, yang diberikan pada Sarasehan Elshinta Award 2025 di Jakarta. Nasaruddin Umar juga menerima penghargaan sebagai Tokoh Penguatan Kebhinekaan Indonesia pada Nawacita Award 2023. Penghargaan Bintang Mahaputra Utama pernah diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014. Sebelumnya, tahun 2002, ia juga pernah meraih penghargaan internasional dari International Human Resources Deveploment Program (IHRDP) sebagai International Best Leadhership Award (IBLA), sebuah penghargaan yang diberikan bagi tokoh yang memiliki kepemimpinan yang inspiratif di masyarakat.
Jabatan Publik
Nasaruddin Umar juga cukup banyak dipercaya mengemban jabatan publik. Dalam dunia pemerintahan, tahun 2006 ia sudah menjabat sebagai Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2006-2012. Selanjutnya menjabat sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia tahun 2011–2014. Hingga akhirnya Nasaruddin Umar dipercaya menjadi Menteri Agama RI ke-25 pemerintahan Prabowo-Gibran periode 2024-2029. Di samping itu, ia juga masih dipercaya sebagai anggota dan pengurus inti dalam berbagai organisasi sosial keagaman, termasuk sebagai Rais Syuriah di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 2022-2027. []
One thought on “Mengenal Lebih Dekat Menteri Agama, Nasaruddin Umar”