Tidarislam.co – Ibarat mobil, Scopus itu seperti Avanza, Innova, atau Alphard. Scopus adalah merk dagang, brand, sesuatu yang dijual. Baik Avanza ataupun Scopus, keduanya sama-sama bisnis. Jika Avanza adalah mobil, kendaraan, atau alat transportasi, Scopus adalah data-base, bank data, atau basis data yang menyediakan indeksasi publikasi ilmiah. Di balik produk Avanza ada perusahaan yakni Toyota, maka di balik Scopus ada Elsevier, perusahaan penerbitan ilmiah terkemuka.
Elsevier didirikan tahun 1880 dan berbasis di Amsterdam, Belanda. Pendiri Elsevier adalah Lodewijk Elzevir, orang Belanda keturunan Yahudi. Saat ini, Elsevier memiliki tiga produk utama, yakni ScinceDirect, Scopus, dan SciVal. Ketiganya memiliki persamaan, yakni sama-sama membantu peneliti untuk mencari dan menganalisis publikasi ilmiah dari berbagai disiplin ilmu: sains, teknologi, kedokteran, sosial humaniora, dan sebagainya.
ScienceDirect lebih fokus pada pencarian referensi; SciVal fokus pada analisis data; sedangkan Scopus itu hybrid (pencarian referensi sekaligus analisis). ScienceDirect memiliki fitur pencarian artikel, pencarian jurnal, dan authors. ScienceDirect didedikasikan untuk pencarian data dengan 92 % adalah Q1 dan Q2 sehingga sangat powerfull. Sementara SciVal didedikasikan untuk beragam analisis data yang di Scopus.
Scopus sendiri bersifat hybrid, ia bisa digunakan untuk pencarian data meskipun terbatas pada open access. Hal ini berbeda dengan ScienceDirect yang bisa mencari semua. Scopus juga bisa digunakan untuk menganalisis data meskipun bersifat basic. Berbeda dengan SciVal yang bisa menganalisis lebih kompleks. Secara umum, ketiganya mempermudah pekerjaan peneliti, dosen, dan ilmuwan.
ScienceDirect, Scopus, dan SciVal semuanya sudah dilanggan oleh BRIN. BRIN fokus berlangganan untuk kebutuhan jurnal ilmiah. Jika kita berada di kantor pusat BRIN, periset dapat mengunduh berapapun jumlah artikel tanpa batas. Sementara jika berada di luar area BRIN, periset bisa mengunduh artikel maksimal 100 artikel per hari. Bisa dengan jalur SSO BRIN atau melalui VPN.
Penulis Menghadiri Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Diktisaintek, Senin 6 Januari 2025.
BRIN dan Kemendiktisaintek
Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN merupakan lembaga pemerintah di bawah Presiden didirikan pada 28 April 2021 melalui Perpres 33 tahun 2021 yang kemudian direvisi menjadi Perpres 74 tahun 2021 tentang BRIN. Sementara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi didirikan melalui Perpres Nomor 189 tahun 2024 tentang Kemendiktisaintek. BRIN didirikan era Pemerintahan Jokowi dan berlanjut sampai sekarang, sementara Kemendiktisaintek didirikan era pemerintahan baru, Prabowo Subianto.
Kepala BRIN saat ini adalah Laksana Tri Handoko, seorang fisikawan, pernah menjabat Kepala LIPI (lahir 7 Mei 1968), sementara Menteri Diktisaintek adalah Satriyo Soemantri Brojonegoro, akademisi Teknik Mesin ITB, Dirjen Dikti periode 1999-2007 (lahir 5 Januari 1956). Keduanya sama-sama orang hebat.
Konon, keduanya memiliki perbedaan pandangan terkait dengan Scopus. Mendiktisaintek, Satriyo Seomantri Brojonegoro dikabarkan akan menghapus kebijakan Scopus sebagai syarat untuk menjadi guru besar di kampus. Kebijakan Scopus akan diganti dengan ”mahakarya” yang dibuat oleh sivitas kampus.
Sementara Kepala BRIN berpandangan bahwa kebijakan Scopus dan sejenisnya merupakan bukti bahwa karya kita diakui di dunia global. Scopus bukan tujuan. Scopus merupakan instrumen bahwa riset kita dilakukan secara benar, dan dibuktikan melalui pihak lain. Wallahu’alam.
Aji Sofanudin, merupakan periset pada Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, BRIN.